Anda menghadirkan sesuatu yang selama ini amat ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia. Rakyat yang sedang berijtihad dan berjihad untuk menemukan sosok pemimpin bangsa yang tepat. Pas dan proper. Rakyat tidak ingin mendapatkan pemimpin yang seringkali mengecewakan. Rakyat tidak ingin memilih calon pemimpin yang mereka tidak dikenal, kecuali lewat kemasaan pencitraan belaka.
Anda telah menghadirkan para calon pemimpin itu, apa adanya, sehingga rakyat mulai bisa mengenal siapa mereka yang sesungguhnya. Bukan sekadar mengenal nama dan tampang mereka. Itu tidak penting. Tapi rakyat ingin mengenal bagaimana isi otak mereka terkait dengan bangsa dan negara ini. Sekali lagi, isi otak mereka.
Apeksi berjasa menghadirkan tiga bakal capres yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Tidak sekadar hadir, tapi ketiganya diberikan panggung untuk berbicara tentang masa depan Indonesia melalui pendekatan kota.
Indonesia terdiri dari kumpulan berbagai kota dan desa. Siapa yang mengerti persoalan kota dan desa, ia mengerti tentang Indonesia. Cocok jika para kepala daerah disiapkan untuk kelak memimpin Indonesia. Tentu, bukan asal kepala daerah. Tapi kepala daerah yang berhasil memimpin daerahnya. Kalau kepala daerah yang gagal, mesti tahu diri.
Panggung Apeksi. Inilah forum yang amat dinanti sekian lama oleh rakyat Indonesia. Forum di mana rakyat ingin tahu seberapa besar penguasaan para kandidat capres itu terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini.
Lalu, apa gagasan-gagasan mereka untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Apa terobosan-terobosan yang mereka tawarkan untuk kemajuan Indonesia di masa depan dengan semua tantangan yang akan datang. Konsisten tidak gagasan-gagasan mereka dengan rekam jejak mereka. Ini juga jauh lebih penting.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengupas, apalagi menilai pidato mereka di panggung Apeksi. Anda bisa menyimak sendiri detail isi pidato mereka. Kompas TV telah menayangkan. Videonya viral, dan anda bisa tonton itu. Dari situ, anda bisa menilai masing-masing kandidat bagaimana mereka mengurai berbagai persoalan bangsa. Dan anda juga bisa menyimak gagasan-gagasan mereka.
Anda, rakyat Indonesia, cukup cerdas untuk bisa membandingkan pidato ketiganya. Tanpa harus diajari, diberi petunjuk, atau apalagi diarah-arahkan. Pidato mereka valid dan merepresentasikan otak dan kemampuan mereka.
Poin tulisan ini adalah bahwa yang dibutuhkan rakyat Indonesia itu mengenal dengan benar calon pemimpinnya. Bukan hanya siapa mereka, tapi apa isi otak mereka. Bagaimana mereka memandang Indonesia ke depan dengan desain yang ada di otak mereka.
Forum adu gagasan seperti ini harus sering dibuat. Sesering mungkin para kandidat dipertemukan di panggung yang sama untuk mengurai gagasan. Bukan di meja makan dan ruang lobi. Bukan di tempat untuk bernostalgia. Mereka tidak sedang reunian.
Tapi, mereka dipertemukan di ruang di mana mereka menyampaikan kesiapannya mengurus negara dan rakyat. Agar rakyat tahu siapa di antara mereka yang paling siap memimpin dan membawa nasib negara ini ke arah yang lebih baik ke depan. Lebih baik itu artinya ada perubahan. Kalau tidak ada perubahan, buat apa ada pemilu dan ganti presiden?
Apa yang dibuat oleh Apeksi dan Bima Arya, Kamis kemarin (14/7), mesti diikuti oleh berbagai institusi, lembaga, ormas, dan komunitas-komunitas lainnya. Beri panggung kepada ketiga kandidat. Juga media, mesti ikut mendorong dan memberi dukungan lahirnya forum-forum ada gagasan seperti ini. Rakyat biar tahu sedalam dan detail pikiran mereka tentang negara ini.
Maraknya forum-forum adu gagasan yang sudah dimulai oleh Apeksi ini, sekaligus akan mempersempit ruang adu pencitraan. Rakyat tidak lagi dininabobokan oleh atraksi politik murahan, dan terkadang malah menggelikan, dari masing-masing kandidat. Dengan forum adu gagasan rakyat akan melihat siapa yang paling layak dan berkemampuan di antara mereka untuk mengurus negara ini ke depan.
Rakyat akan memilih berdasarkan kehebatan kandidat. Bukan kelihaian timses dalam mengemas branding dan mengolah citra kandidat, sebagaimana selama ini terjadi.
Terinspirasi dari Apeksi, kampus-kampus sudah harus berinisiatif untuk mengundang para kandidat, menyiapkan forum buat mereka. Berikan panggung buat mereka untuk diuji oleh para akademisi. Siapkan profesor-profesor andal untuk menguji mereka. Kampus harus menjadi salah satu tempat menguji para kandidat. Dari ujian ini rakyat akan melihat mana kandidat yang layak lulus dan dipilih, mana yang tidak pantas untuk lulus dan tidak dipilih.
Kampus mesti menjadi tempat yang netral dan objektif untuk menguji para kandidat itu. Kampus adalah tempat orang-orang yang kritis, netral, dan berkompeten untuk menguji para kandidat. Lulus tidaknya kandidat itu, biarkan rakyat yang akan menilai. Rakyat tidak akan tergesa-gesa menyimpulkan pidato mereka kecuali setelah membandingkan
track record masing-masing dari kandidat. Apakah mereka benar-benar cerdas dan konsisten, atau cuma ngecap.
Makin banyak forum adu gagasan, maka ini akan menjadi sarana mencerdaskan anak bangsa. Rakyat tidak lagi memilih kandidat berdasarkan kemasan pencitraan, apalagi sembako dan uang 100-ribuan. Tapi rakyat memilih mereka setelah mendengarkan gagasan mereka dan
track record-nya. Di sinilah rakyat akan menjadi pemilih yang cerdas.
Bukankah para kandidat capres memang berkewajiban untuk mencerdaskan para pemilih? Indonesia butuh pemimpin yang cerdas dan mencerdaskan rakyat. Bukan pemimpin yang bodoh dan membodohi rakyat. Catat ini!
Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
BERITA TERKAIT: