Menurut Hizbullah, drone milik negara Zionis tersebut ditembak jatuh, di luar kota Ramyah yang berada di Lebanon Selatan, pada Senin (9/9) malam.
Israel mengakui bahwa dronenya yang sedang melakukan tugas rutin di perbatasan Israel-Lebanon hilang.
Ada sejumlah pesan yang perlu ditangkap dari saling serang antara Hizbullah melawan Israel dalam seminggu terakhir ini.
Pertama, dua serangan mematikan pasukkan Hizbullah atas dua sasaran Israel yang berbeda, membuktikan janji pembalasan yang disampaikan ke publik oleh Hassan Nasrallah sebagai orang nomor satu di Hizbullah, sebagai balasan serangan drone Israel sebèlumnya ke basis-basis Hizbullah di Lebanon.
Karena itu, setiap kata yang disampaikan oleh Nasrallah tidak lagi bisa dianggap enteng oleh Tel Aviv maupun lawan maupun kawan-kawannya di pemerintahan Lebanon. Saat ini Hizbullah memiliki tiga orang menteri di kabinet yang kini sedang berkuasa di Bairut.
Kedua serangan roket anti tank Hizbullah menunjukkan bahwa pasukkan yang dipimpin Nasrallah ini, mampu menyerang sasaran-sasaran vital di wilayah Israel dengan akurat.
Dengan kata lain, kini Hizbullah sudah dilengkapi dengan senjata baru yang lebih modern dibanding sebelumnya, yang hanya mengandalkan roket Katyusha buatan Iran.
Ketiga, ditembaknya drone Israel menunjukkan bahwa kini Hizbullah sudah memiliki rudal darat ke udara yang canggih. Dengan kata lain sejak hari ini, Israel tidak leluasa lagi memasuki wilayah udara Lebanon, sebagaimana negara Zionis biasa lakukan sebelumnya.
Keempat, kepada rakyat Israel, kini pasukan pertahanannya IDF yang sangat dibanggakan sudah tidak seperkasa sebelumnya. Paling tidak saat berhadapan dengan pasukkan Hizbullah baik yang bergerak di Lebanon maupun Suriah.
Kelima, pesan kepada Benjamin Netanyahu yang akrab dipanggil Bibi sebagai calon Perdana Menteri petahana, yang mengambil inisiatif menyerang berbagai sasaran sekutu Iran di Lebanon, Suriah, dan Irak, sebagai bagian dari kampanye untuk memenangkan pemilu.
Pertanyaannya kini, apakah kegagalan atau setidaknya perlawanan dari lawan-lawan Israel yang mampu mengimbangi kedigdayaan negara dengan bendera bintang Daud ini, akan mempengaruhi hasil pemilu yang kurang satu minggu lagi (17 September 2019).
Menurut media-media di dalam negri Israel, pemilu ulang kali ini, ibarat referendum bagi Netanyahu. Sebagai petahana ia tidak menghadapi lawan-lawan yang berarti. Meskipun diakui sebagai orang kuat, akan tetapi ia juga terus dibayangi oleh citra sebagai pemimpin yang korup dan pembohong.
Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi
BERITA TERKAIT: