Dalam literatur Islam kita dapati pula perang Badar terjadi dibulan Ramadhan. Sebuah perang fenomenal bagi Umat Islam yang sukses mengalahkan diri sendiri sekaligus musuh Islam. Secara kuantitas pasukan Islam kalah banyak namun secara kualitas pasukan Islam mampu menjadi pemenang.
Dua peristiwa penting itu memiliki kesamaan, memperjuangkan sesuatu. Bila berkaca pada peristiwa tersebut berarti Ramadhan bukan bermalasan akan tetapi malah sebagai bulan perjuangan. Bila demikian Ramadhan bukan saatnya menghentikan segala bentuk perlawanan atas ketidakbenaran yang sedang terjadi. Ramadhan bukan bulan kita melemahkan perjuangan akan tetapi sebaliknya.
Saat ini bangsa Indonesia seperti zaman VOC berkuasa secara ekonomi dan politik. Negara tak lagi punya kuasa terhadap kelompok kapitalis, negara dipaksa taat aturan yang menguntungkan kapitalis. Hal itu tak boleh terus menerus terjadi.
Rencana pembangunan Meikarta oleh pengusaha seolah meniadakan negara dalam konteks ekonomi. Proyek reklamasi Jakarta Utara seolah siapapun memiliki uang boleh menikmati tanah air bangsa Indonesia.
Konstitusi Indonesia diamandemen 4 kali sejak 1999 hingga 2002 juga dilatar belakangi keinginan kelompok kapitalis. Mereka mampu menyuap hati nurani politisi diparlemen dan eksekutif. Sangar mencengangkan akan tetapi itulah realitas yang sedang dialami bangsa Indonesia hari ini.
Rasanya tak ada keputusan pemerintah yang tak didahului oleh keinginan kelompok pemodal. Mulai urusan kebijakan moneter hingga harus kemana beli senjata perangpun harus sesuai keinginan para mafia ekonomi, negara layaknya piaran konglomerat.
Bila pemerintah mencoba melawan nasibnya akan seperti Soekarno dan Soeharto, rakyat sepertinya hanya ikut arus para pemodal melalui media propaganda mereka. Amandemen yang merugikan sangat jarang dipublikasikan sehingga rakyat lambat sadar.
Skenario itu masih berlanjut hingga kini, bagi kapitalis keuntungan secara ekonomi adalah hal utama, mereka tak peduli yang lain. Sementara politisi yang fakir iman dan lemah nasionalisme akan dijadikan kuda tunggangan mereka.
Banyak politisi yang kita anggap bersih dan berani ternyata hanya bagian sandiwaranya untuk memikat massa. Semua bisa dibeli, soal harga akan disesuaikan andil politisi bagi kapitalis. Selain itu mereka memiliki media massa yang selalu menggiring opini rakyat Indonesia.
Sejauh ini mereka sukses berbuat apapun dengan uang yang mereka miliki. Visi bangsa Indonesia mereka yang tentukan dibalik meja, mereka pula yang tentukan kapan Indonesia damai dan kapan kita saling mencaci.
Hari-hari kedepan adalah ketidakpastian, sebagian rakyat Indonesia enggan berkomentar, bahkan cenderung cuek atas apa yang sedang terjadi pada negaranya. Sebagian mencoba peduli akan tetapi selalu memiliki niat ganda, ujung ceritanya kita paham, kekuasaan sementara.
Ramadhan harus kita jadikan sebagai bulan revolusi. Bangsa Indonesia pertama sekali harus sadar bahwa kapitalis telah berkuasa. Artinya bangsa Indonesia harus mampu mengalahkan dirinya sendiri dengan tidak tergoda berbuat curang apapun profesi yang sedang dijalani.
Sebagaimana Ramadhan mengajarkan, bangsa Indonesia harus siap menahan lapar demi kedaulatan negerinya. Mengapa menahan lapar, harus diakui bahwa kapitalis hari ini menguasai segala aspek kehidupan termasuk ekonomi Indonesia.
Insan bertaqwa yang diinginkan Al-Qur'an adalah manusia yang mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan. Karenanya dalam konteks revolusi bangsa Indonesia harus menjadi pribadi Amar ma'ruf nahi munkarsehingga bukan hanya menghindari perbuatan tercela akan tetapi mencegah serta melawan perbuatan tercela.
Bila peran itu berani diambil setiap anak bangsa maka tidak ada kekuatan didunia ini yang akan mampu melawan bangsa Indonesia. Kapitalis dengan sendirinya akan patuh dan akan ikut aturan main bangsa ini. Uang harus diposisikan sebagai alat bukan tujuan, jabatan sebagai kendaraan bukan tujuan.
Ramadhan menjadi bulan revolusi bukan utopia akan tetapi realitas yang belum mau kita nyatakan karena ketidakinginkan kita. [***]
Don ZakiyamaniKetua Umum Jaringan Intelektual Muda Islam/ Banda Aceh
BERITA TERKAIT: