Kebetulan beberapa pernah menerima oleh-oleh baju batik, sedangkan bagi yang belum punya kami pinjamkan. Aksi ini cukup menarik perhatian sehingga banyak yang memuji serta bertanya akan keunikan baju batik tersebut.
Untungnya saya pernah main ke museum batik di Solo, sehingga saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teman. Mungkin tidak semua tahu bahwa ciri khas batik bukan terletak pada motifnya, melainkan pada proses pembuatannya yang disebut membatik. Kain Batik asli dibuat oleh tangan manusia untuk untuk menutup pola dengan lilin, mencelupkannya ke pewarna, di mana hal ini dilakukan beberapa kali dengan warna berbeda, hingga akhirnya lilin dilelehkan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan corak yang didesain.
Posisi Indonesia di Mata Dunia
Berkat meningkatnya peringkat kelayakan investasi Indonesia dan berbagai perkembangan lain, negara kita semakin lama semakin dikenal di dunia Internasional. Tapi apakah kita sudah dianggap ‘sejajar’ oleh negara-negara maju yang sering dijadikan acuan? Mungkin saat ini belum sepenuhnya karena di kancah dunia toh Indonesia masih hanya bisa ikut-ikutan kebijakan internasional.
Akan tetapi ketika saya melihat kegembiraan dan bahkan kebanggaan teman-teman asing ketika berpose dengan baju batik yang menurut mereka sangat cantik itu, saya melihat bahwa bangsa Indonesia seharusnya memposisikan diri sejajar. Tanpa ada rasa inferioritas (merasa orang lain lebih unggul) yang selama ini hinggap. Dan tidak perlu menunggu sampai 2030 di mana Indonesia diramalkan oleh perusahaan konsultan ternama, McKinsey, akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 di seluruh dunia.
Memahami dan Melestarikan Jati Diri Bangsa
Semangat memajukan bangsa yang dimiliki masyarakat Indonesia tidak perlu diragukan lagi, namun menurut saya tidak perlu menjadikan kemewahan gaya hidup seperti yang dimiliki kebanyakan negara barat sebagai target pembangunan. Malahan, ‘kemakmuran’ yang selama ini didambakan tersebut terbukti menjeremuskan banyak negara barat ke dalam krisis.
Menurut saya, kuncinya agar kita bisa pede di depan orang asing adalah dengan mengenali jati diri kita dan menerima fitrah tersebut. Buktinya, karakter mahasiswa Indonesia yang religius, tepo-seliro, bergotong-royong, dan hangat (gemar tertawa) cukup dikagumi dikalangan mahasiswa asing di kampus saya saat ini di Perancis. Terlebih lagi, batik pun hanyalah salah satu dari banyaknya warisan seni-budaya yang bernilai guna dan bercita-rasa tinggi. Berbagai kearifan lokal lain pun bila mampu kita pahami dan manifestasikan dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan membangkitkan kebanggaan diri.
Manfaat dari memuliakan diri
Mari teruskan perjuangan kita memperbaiki kondisi negara, terus berantas korupsi, sebarkan pendidikan dan kesejahterakan, murahkan biaya kesehatan, sambil juga lestarikan kekayaan seni-budaya bangsa. Mari bangun karakter kita berdasarkan warisan seni-budaya tersebut. Mari memuliakan diri sendiri dari sekarang dan bersikaplah tanpa ragu sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sejajar dengan sesamanya.
Contoh manfaat yang bisa diperoleh dari hal tersebut, misalnya dalam konteks negosiasi antara pemerintah dengan investor asing. Berbagai keluhan akan perjanjian bagi hasil tambang maupun migas yang berlaku saat ini tentunya dikarenakan juga oleh ‘tekanan’ asing yang menginginkan keuntungan maksimum. Saya percaya ketika kita bisa merasa gagah dengan fitrah kita apa adanya, maka kewibaan negara Indonesia juga akan meningkat sehingga akhirnya kita akan lebih mampu menghindari ‘tekanan’ asing, dan masyarakat luas pun bisa memperoleh lebih banyak kesejahteraan hidup.
Mari tampil bersama di pangung dunia!
Penulis adalah Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Nantes, Prancis periode 2011-2012.
BERITA TERKAIT: