Korban jiwa di seluruh kawasan, yang mencapai lebih dari 1.800 orang, menjadi bukti nyata bahwa ini bukanlah sekadar bencana cuaca musiman, tetapi konsekuensi langsung dari perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang kian parah. Negara-negara seperti Indonesia, Sri Lanka, Thailand, dan Malaysia menanggung beban terberat.
Laporan dari Asia Water Development Outlook 2025 (ADB) memperingatkan, gangguan pada sistem air di Asia akibat perubahan iklim kini mengancam miliaran nyawa. Banjir kali ini menghancurkan kehidupan: merusak rumah, memutus akses jalan, dan yang paling tragis merenggut ribuan nyawa.
Indonesia menjadi negara dengan korban terbanyak. BNPB melaporkan 961 orang tewas dan 293 masih hilang di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Lebih dari satu juta orang mengungsi, 156.000 rumah rusak, dan kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, dan tenaga medis masih sangat terbatas.
Krisis kemanusiaan diperburuk oleh logistik. Gubernur Aceh Muzakir Manaf secara tegas menyatakan, “Orang-orang mati bukan karena banjir, tapi karena kelaparan.”
Penyebab bencana semakin jelas: masalah diperparah oleh penebangan liar dan hilangnya fungsi hutan akibat ekspansi perkebunan dan pertambangan di Sumatera. Sebagai respons, Presiden Prabowo berencana mengakuisisi 200 helikopter pada 2026 untuk memperkuat kesiapsiagaan.
Di Sri Lanka, Siklon Ditwah - disebut sebagai yang terparah dalam satu abad - menewaskan 618 orang. Sementara air mulai surut, ancaman longsor di perbukitan tetap tinggi akibat monsun. Thailand juga mencatat 276 korban tewas, banyak di antaranya akibat kecelakaan dan sengatan listrik saat banjir.
Malaysia pun tak luput, dengan delapan negara bagian di utara mengalami banjir parah, memaksa 18.700 penduduk mengungsi dan menelan sedikitnya dua korban jiwa.
Bencana yang melanda Asia Tenggara kali ini mengirimkan pesan kritis: ini adalah alarm bahwa negara-negara kawasan harus segera mengubah prioritas. Dengan ribuan korban jiwa dan jutaan pengungsi, tantangan kini adalah memperbaiki sistem mitigasi bencana, memperkuat perlindungan lingkungan, dan membangun infrastruktur yang benar-benar tahan terhadap iklim ekstrem, sebelum alam mengambil korban yang lebih besar lagi.
BERITA TERKAIT: