Pria
yang akrab disapa Cak Udin itu dinobatkan sebagai lulusan terbaik
dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98, atau lulus dengan pujian
besar (magna cum laude).
Dia berhasil mengkaji disertasinya yang
berjudul “Strategi Pertahanan Indonesia dalam Menghadapi China Grey Zone
Strategy di Kawasan Laut China Selatan Guna Mendukung Pertahanan
Negara" dan mendapat pengakuan akademik luar biasa dari UNHAN.
"Sejauh
ini belum ada satupun penelitian dari aspek teoritik yang mengangkat
China grey zone strategy yang melakukan pengukuran tingkat dan jenis
ancaman. Penelitian yang ada masih berfokus pada pendeskripsian apa saja
operasi grey zone tanpa membahas strategi komprehensif untuk
menangkalnya," ujar Cak Udin di Kampus Utama UNHAN, Bogor, Kamis, 18
September 2025.
Cak Udin mengupas masalah ancaman grey zone di
Laut China Selatan dengan menggunakan beberapa teori utama. Pertama,
teori Asymmetric Warfare yang menjelaskan tentang konflik yang tidak
seimbang dan bagaimana pihak dengan sumber daya lebih sedikit dapat
menggunakan strategi tertentu untuk menghadapi pihak yang lebih kuat.
Kedua,
teori Power dari Joseph Nye yang menyoroti konsep kekuatan lunak (soft
power), kekuatan keras (hard power), dan kekuatan cerdas (smart power)
dalam hubungan internasional. Ketiga, teori Strategi Pertahanan yang
memberikan kerangka kerja dalam merancang langkah-langkah pertahanan
efektif.
"Saya juga menggunakan teori Asymmetric Defence Strategy
sebagai landasan praktis untuk merumuskan strategi pertahanan Indonesia
dalam menghadapi taktik grey zone yang digunakan oleh China," urainya.
Dalam
disertasinya, Cak Udin memaparkan secara komprehensif tentang grey zone
strategy yang dilakukan oleh China di Laut China Selatan. Ia
menguraikan bagaimana strategi ini, yang berada di antara konflik
terbuka dan damai, menimbulkan berbagai dampak operasional yang
signifikan terhadap keamanan dan pertahanan Indonesia.
Lebih
lanjut, Cak Udin berhasil merumuskan sebuah kerangka strategi
pertahanan yang dapat diimplementasikan Indonesia untuk menghadapi
ancaman China grey zone strategy tersebut.
Strategi
ini mengedepankan pendekatan multidimensi yang mengintegrasikan aspek
militer, diplomasi, intelijen, serta kerja sama regional guna memperkuat
posisi Indonesia di wilayah Laut China Selatan.
“Melalui
penelitian ini, saya berharap Indonesia dapat lebih siap dan sigap dalam
menghadapi tantangan grey zone yang semakin kompleks, khususnya dalam
menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional di perairan strategis ini,”
ujar Cak Udin.
Keberhasilan Cak Udin ini menjadi langkah penting
dalam pengembangan kajian pertahanan nasional yang adaptif terhadap
dinamika ancaman di kawasan Asia Tenggara. Pemerintah dan institusi
pertahanan diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai
acuan kebijakan strategis ke depan.
BERITA TERKAIT: