Koalisi Sipil Tasikmalaya:

Penjarahan Bukan Bagian dari Perjuangan Rakyat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-alfian-1'>AHMAD ALFIAN</a>
LAPORAN: AHMAD ALFIAN
  • Selasa, 02 September 2025, 15:15 WIB
Penjarahan Bukan Bagian dari Perjuangan Rakyat
Diskusi dan Konferensi Koalisi Masyarakat Sipil dan Lintas Iman Tasikmalaya. (Foto: Dokumen Pribadi)
rmol news logo Koalisi Masyarakat Sipil dan Lintas Iman Tasikmalaya menyampaikan pernyataan sikap terkait gelombang aksi mahasiswa yang berujung ricuh di sejumlah daerah. 
Aksi ini didasari penolakan masyarakat terhadap sejumlah kebijakan pemerintah maupun DPR RI yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat. 
Koordinator Sajajar, Usama Ahmad Rizal, selaku perwakilan koalisi menegaskan dukungan penuh kepada gerakan mahasiswa yang konsisten mengawal aspirasi rakyat. 

“Suara mahasiswa adalah bagian dari suara rakyat. Tugas kita bersama adalah menjaga suara itu agar tetap kuat dan tidak dipatahkan,” katanya di Kopi Siloka, Tasikmalaya, Selasa, 2 September 2025. 

Rizal juga mengingatkan agar peserta aksi tetap menjaga ketertiban dan tidak merugikan masyarakat. 

“Kami mengajak peserta aksi untuk tidak merusak rumah, toko, atau fasilitas publik. Perjuangan ini harus bermartabat, bukan menyakiti sesama. Jangan sampai ada penjarahan, karena itu bukan bagian dari perjuangan rakyat,” tegasnya. 

Lebih lanjut, ia menyerukan agar massa aksi tidak mudah terprovokasi oleh isu SARA, hoaks, atau narasi yang memecah belah. Menurutnya, hal itu hanya akan melemahkan solidaritas dan mengalihkan fokus dari tuntutan utama. 

Sementara itu Ketua Lakpesdam NU Kota Tasikmalaya, mendesak aparat keamanan untuk bersikap humanis, profesional, dan tidak represif dalam mengawal aksi. 

“Tugas aparat adalah melindungi warga sipil, bukan menimbulkan ketakutan,” ujarnya. 

Ajat menuntut pimpinan partai politik memberi sanksi kepada anggota dewan yang dianggap membuat kegaduhan, mengkhianati amanah rakyat, atau terlibat dalam kebijakan yang merugikan masyarakat. Dia menambahkan, demonstrasi harus tetap berada pada koridor nilai kebangsaan. 

“Aksi boleh keras dalam menyuarakan tuntutan, tapi jangan sampai keluar dari prinsip kemanusiaan dan keadaban. Kita harus menjaga agar aspirasi rakyat tidak tercoreng oleh tindakan anarkis,” ujarnya. 

Selanjutnya Aktivis Perempuan, Fiona Callaghan, turut menyuarakan pentingnya peran perempuan dalam menjaga jalannya aksi. 

“Perempuan tidak boleh dikesampingkan dalam perjuangan rakyat. Kita harus memastikan aksi berjalan damai, aman, dan ramah bagi semua, terutama bagi perempuan dan kelompok rentan. Kehadiran perempuan adalah energi moral untuk mengingatkan bahwa perjuangan ini harus beradab,” ungkapnya. 

Fiona juga menyoroti adanya krisis identitas di tengah masyarakat yang kerap dimanfaatkan untuk memecah belah. 

“Hari ini kita menghadapi krisis identitas, masyarakat sering dipaksa memilih antara sekat-sekat kelompok tertentu. Padahal identitas terbesar kita adalah sama-sama warga bangsa Indonesia. Bila kita terjebak pada politik identitas, maka solidaritas akan runtuh dan perjuangan rakyat kehilangan arah,” tegasnya. 

Adapun Ketua Indonesia Sejahtera (ISRA), Jonson Sitorus, menekankan bahwa perjuangan rakyat harus dibarengi dengan konsistensi moral. 

“Kita tidak boleh kehilangan arah perjuangan hanya karena kepentingan sesaat. Demo harus tetap bermartabat, berakar pada keadilan sosial, dan berpihak kepada mereka yang lemah. Jangan sampai rakyat kecil jadi korban, baik karena kebijakan yang salah, maupun karena aksi yang kehilangan kendali,” pungkasnya. 

Koalisi Masyarakat Sipil dan Lintas Iman Tasikmalaya terdiri dari GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, ISRA, Sajajar, FBTI, Lakpesdam NU, Peradi, JAI, Pemuda Katolik, dan HIPMI. rmol news logo article
EDITOR: AHMAD ALFIAN

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA