Menurut SBY, konflik kedua negara bukan sekadar persaingan geopolitik, melainkan permusuhan yang dilandasi doktrin saling menghancurkan.
“Ya, memang kita tahu bahwa hubungan Israel-Iran itu pada posisi yang saling bermusuhan cukup tinggi,” kata SBY dalam acara bertajuk “Spesial Interview SBY: Konflik Iran-Israel, Ancaman Global, dan Harapan Perdamaian” dikutip Senin malam, 16 Juni 2025.
Jebolan terbaik AKABRI 1973 itu menyebut salah satu penyebab utama konflik ini adalah kurangnya kepercayaan antara kedua pihak.
“Yang kedua juga sepertinya there is no trust di antara keduanya. Jadi boleh dikatakan ada trust defisit yang sangat tinggi,” jelasnya.
SBY lantas membandingkan konflik ini dengan rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok, yang menurutnya masih berada dalam konteks persaingan global.
“Kalau misalnya ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat itu lebih karena persaingan, rivalitas untuk menjadi pemimpin dunia. Tapi menyakut hubungan Israel-Iran itu berbeda sama sekali. Doktrinnya akan saling menghancurkan,” ujar dia.
SBY pun menjelaskan bahwa cara pandang yang menghancurkan atau destruktif tersebut justru bisa memperparah situasi.
“Misalnya Israel berpendapat daripada dihancurkan oleh Iran terlebih dahulu, mengapa tidak kita serang dan hancurkan dulu. Demikian cara berpikir Israel,” bebernya.
Sejak pecahnya konflik terbaru di Jalur Gaza, SBY mengaku sudah memprediksi akan terjadi eskalasi antara Israel dan Iran.
“Semenjak terjadinya kemelut baru, peperangan baru, utamanya di jalur Gaza, sebenarnya saya sudah memprediksi bahwa akan terjadi aksi serang-menyerang antara Israel dengan Iran,” terang dia.
SBY kemudian menyebut bahwa konflik di Gaza hanya salah satu bagian dari anatomi konflik Timur Tengah yang lebih besar, di mana aktor utama sesungguhnya adalah Israel dan Iran.
“Yang di front Gaza seolah-olah Hamas berhadapan dengan Israel. Tetapi sesungguhnya anatomy conflict di Timur Tengah itu karena terlalu banyak ‘pemainnya’, too many players, sesungguhnya yang betul-betul berhadapan bermusuhan secara fundamental sekali lagi adalah Israel dengan Iran,” kata dia.
Menurut SBY, serangan timbal balik yang terjadi belakangan ini menunjukkan intensitas permusuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Memang benar, ini boleh dikatakan unprecedented, sebetulnya tidak sejauh ini. Melihat serangan Israel pada Jumat pagi, kalau tidak salah, seperti itu, yang tidak terjadi sebelumnya, kemudian dibalas dalam waktu hanya sekitar 24 jam oleh Iran ke Israel, juga ke sana kemari,” tuturnya.
“Artinya ini memang sesuatu yang baru menunjukkan eskalasi ketegangan, menunjukkan meningkatnya intensitas permusuhan kedua negara tersebut,” imbuhnya.
SBY mengaku cemas melihat perkembangan terbaru, terutama serangan Israel ke fasilitas minyak di Iran, yang bisa berdampak serius terhadap perekonomian dan stabilitas global.
“Terus terang saya agak cemas kalau ini menjadi-jadi, apalagi baru saja saya melihat tayangan di televisi karena saya ikuti perkembangan ini siang dan malam, Israel sudah mulai menghantam Depot atau pusat minyak yang ada di Iran,” ungkapnya.
“Iran itu salah satu produsen minyak dan gas yang tinggi di dunia. Apabila terjadi serangan yang masif melumpuhkan itu semua, pasti ada pengaruhnya nanti ke depan. Kalau sudah menghancurkan misalnya salah satu kekuatan ekonomi Iran, Iran pasti membalas ke Israel,” sambung dia.
Mantan Kasospol ABRI ini pun menekankan bahwa situasi saat ini sangat tidak pasti dan dapat berkembang ke arah yang lebih buruk.
“Kita tidak tahu, nobody knows apa yang akan terjadi ke depan ini. Tetapi yang jelas ini betul-betul bad news, sementara orang berharap mendambakan segera datang kedamaian di Gaza, itu belum terwujud. Sementara ditingkatkan, makin eskalatif, ditandai dengan serangan timbal balik antara Iran dan Israel,” ucapnya.
Lebih jauh, SBY menyerukan agar para pemimpin dunia segera mengambil langkah konkret untuk mencegah krisis yang lebih besar.
“Jadi saya berharap ada kesadaran, ada kepedulian dan langkah-langkah efektif dari para pemimpin dunia,” ungkapnya lagi.
“Bukan hanya para pemimpin dunia di kawasan, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk tentunya perserikatan bangsa-bangsa. Karena tidak ingin kita ini, bangsa Indonesia yang cinta damai, ada tragedi besar terbiarkan. Tidak bagus,” demikian SBY.
BERITA TERKAIT: