"Pertemuan Didit Hediprasetyo dengan Megawati dan Jokowi tidak bisa dipandang semata sebagai silaturahmi Lebaran biasa," ujar dosen Ilmu Politik Universitas Udayana (Unud), Efatha Filomeno Borromeu Duarte, kepada
RMOL, Senin malam, 31 Maret 2025.
"Ini adalah komunikasi simbolik yang sarat makna politik, juga sebagai penanda bahwa jalur komunikasi antarporos kekuasaan sedang direkonstruksi ulang pasca-Pemilu 2024," sambungnya.
Dalam pandangan Elfatha, kehadiran Didit bukan sekadar sebagai anak presiden terpilih, tapi sebagai representasi diplomasi informal Prabowo. Sekaligus menunjukkan bahwa strategi rekonsiliasi saat ini lebih banyak dibangun lewat kanal-kanal kultural dan emosional.
"Ini langkah cerdas yang menurunkan tensi publik, namun tetap menjaga intensitas politik di level elite," tuturnya.
Lebih lanjut, Elfatha melihat pertemuan Didit dengan Megawati dan Jokowi ini menandai fase baru yang mengolah peluang rujuk antara PDIP dan Gerindra.
Menurut Elfatha, jika Megawati membuka pintu untuk Prabowo, bukan tak mungkin forum yang lebih besar akan terjadi.
"Mungkin saja sebuah pertemuan mantan Presiden dengan Presiden, sebuah langkah simbolik untuk membuktikan bahwa demokrasi Indonesia tetap hidup lewat dialog lintas kekuasaan," paparnya.
"Bukan karena semua saling percaya, tapi karena semua sadar bahwa tanpa rekonsiliasi elite, politik akan terus bergerak dalam siklus ketegangan," demikian Elfatha.
BERITA TERKAIT: