Dikatakan Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, kondisi industri tekstil dan garmen di Indonesia sudah lesu, bahkan sebelum Permendag tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor tersebut keluar.
Sritex merupakan pemasok seragam militer negara NATO dan telah memiliki pasar di lebih dari 100 negara.
Peter meminta dilakukan kajian agar tak terburu-buru menilai keluarnya penyebab pailitnya Sritex akibat Permendag 8/2024. Padahal Permendag itu dikeluarkan untuk melindungi industri dalam negeri dari impor.
“Makanya kita juga tidak bisa secara terburu-buru mengatakan ini disebabkan oleh Permendag 8/2024, apalagi jauh banget dari kita menyebutnya sebagai monsternya di Permendag 8/2024,” ujar Piter kepada wartawan, Rabu, 6 November 2024.
Kata dia, rentang pendek waktu keluarnya Permendag 8/2024 pada bulan Mei 2024 dan pailitnya Sritex pada bulan Oktober 2024 juga dinilai menjadi alasan tak keterkaitan keduanya. Piter pun menilai Sritex pailit karena salah kelola perusahaan.
“Sebagai informasi, Permendag Nomor 8 ini keluarnya 17 Mei 2024, kan nggak mungkin hanya dalam kurun waktu Mei 2024 sampai Oktober 2024 si Sritex kolaps,” ujar Piter.
Pada sisi lain, Piter sepakat bahwa PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) tersebut harus diselamatkan. Sebab Sritex menjadi wajah industri tekstil Indonesia di kancah global.
“Saya sependapat Sritex ini kalau disebut sebagai wajahnya tekstil Indonesia karena kemampuan bersaing globalnya, Sritex sudah diakui,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: