Demikian analisis pakar komunikasi, Prof Dr Iskandar Zulkarnain terkait debat yang digelar pada Rabu, 30 Oktober 2024 malam.
“Nggak menarik, yang mengemuka justru saling mengejek saja yang ada, itu yang terdengar pada acara yang disiarkan langsung itu,” katanya, Jumat, 1 November 2024.
Dari perspektif komunikasi kata Iskandar, debat Pilgubsu 2024 seharusnya menjadi sarana yang benar-benar dijadikan sebagai alat atau tools kampanye oleh masing-masing pasangan. Ide dan gagasan serta rancangan kebijakan harus sudah tersampaikan dengan baik dari masing-masing calon kepada masyarakat.
“Namun saya menilai, tidak ada satu pun kebijakan yang sifatnya langsung teknis yang bisa kita terjemahkan dari penyampaian masing-masing calon. Jadi debat ini justru terkesan hanya formalitas tahapan pilgubsu aja,” ungkapnya.
Kondisi ini menurut Iskandar dapat terjadi karena dua hal. Pertama, masing-masing pasangan calon memang tidak memiliki visi misi yang jelas yang mampu ‘dibahasakan’ agar dimengerti oleh masyarakat baik kalangan atas hingga akar rumput. Sedangkan yang kedua, hal ini menjadi kegagalan KPU Sumut selaku penyelenggara yang tidak mampu mendiseminasikan informasi mengeai debat.
“Nggak ada diseminasi informasi yang mengundang rasa ingin tau, termasuk menggunakan saluran yang tepat sasaran dan tema-tema yang ditargetkan. Hal itu membuat masyarakat tidak muncul rasa ingin taunya,” pungkasnya.
Diketahui debat perdana Pilgub Sumut 2024 digelar di Grand Mercure pada Rabu 31 Oktober 2024. Debat dengan tema Pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat itu banyak diwarnai adu teriakan oleh para pendukung yang tidak berkaitan dengan tema debat.
BERITA TERKAIT: