Tudingan tersebut disampaikan oleh peneliti dan pengamat dari Centre for Islamic and Ethnic Studies (CIE) Muhammad Chaerul.
"Mereka benar-benar intelektual sontoloyo dan merendahkan gerakan tani," kata Jumhur dalam pernyataan tertulisnya. Minggu (22/9).
Jumhur menilai para intelektual itu bukan saja tidak pernah membaca buku atau literatur perjuangan tani Indonesia tapi juga tidak pernah baca berita.
Dari pemberitaan media, Jumhur meyakini sesungguhnya kaum tani dan gerakan tani Indonesia telah berkorban besar untuk memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan.
"Gerakan tani Indonesia kecerdasannya jauh melampaui kecerdasan intelektual sontoloyo itu," kata Jumhur.
Karena itu, lanjut Jumhur, adalah wajar dan amat sangat bisa dipahami bila gerakan tani Indonesia ikut ambil bagian dari tema besar dari hampir semua elemen gerakan masyarakat sipil, termasuk kaum intelektual kampus dan mahasiswa yaitu adili Presiden Joko Widodo.
BERITA TERKAIT: