Menurut Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, penguatan perekonomian AS ini membuat investor memilih meninggalkan Indonesia. Alhasil tidak ada pundi-pundi devisa baru yang didapat Indonesia.
"Akibat situasi di atas, tahun lalu saja
current account Indonesia defisit 1,6 miliar dolar AS. Bahkan
food trade deficit Indonesia pada 2023 menyentuh 5,3 miliar dolar AS, angka tertinggi selama republik ini berdiri," tegas Said Abdullah dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/6).
Untuk itu, Legislator Fraksi PDIP ini meminta seluruh elemen masyarakat tak terkecuali pemerintah untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terburuk, terutama ihwal wacana rendahnya inflasi di level 3 persen.
"Hendaknya kita juga jangan terlena dengan data inflasi rendah di level tiga persen. Sebab inflasi rendah semata-mata tidak bisa kita baca sebagai terkendalinya harga kebutuhan pokok rakyat," jelasnya.
Ia menuturkan, jika disandingkan dengan sejumlah data lainnya seperti berlanjutnya keputusan sejumlah industri merumahkan karyawan, tingkat konsumsi rumah tangga pada 2023 dan berjalan 2024 tidak setinggi 2022.
Survei tingkat penjualan eceran jenis sandang oleh BI sejak pandemi pada 2020 sampai sekarang belum pulih masih di level 51,8–57, sedangkan periode sebelum pandemi di kisaran 150–240.
"Data ini memperlihatkan, daya beli rakyat sedang tidak baik baik saja," tegasnya.
BERITA TERKAIT: