Dalam sejarah Pilpres di Indonesia, hasil
quick count biasanya tak jauh berbeda dengan hasil akhir
real count KPU. Dengan demikian, tidak salah jika para pendukung Prabowo-Gibran telah merayakan gegap gempita kemenangan tersebut.
Sedangkan kubu paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD didorong menjadi oposisi bagi pemerintahan Prabowo-Gibran agar terjadi
check and balances.
Tokoh intelektual sekaligus aktivis HAM asal Papua, Natalius Pigai bercerita tentang pengalamannya sebagai kubu oposisi yang kerap diteror oleh penguasa dan pendukungnya.
“Saya dihantam badai bertubi2, tidak kurang dari 13 kali laporkan polisi, dicaci, dihina dan dibenci dan di teror oleh orang berkuasa dan pendukung para penguasa,” ucap Pigai dalam akun media X pribadinya
@NataliusPigai2, Minggu (18/2).
Dia pun memajang foto dan mengutip pernyataan filsuf ternama asal Inggris Bertrand Russell, yang berbunyi “Demokrasi adalah proses di mana orang-orang memilih seseorang yang kelak akan mereka salahkan”.
“Sedangkan Saya sudah berada di level berfikir Betran Rusel!. Selamat jadi Oposisi kawan2ku,” tandas Pigai.
Kendati tidak menyebut siapa yang dimaksud kawan-kawan yang beroposisi, namun publik menebak tentunya para pendukung paslon 01 dan 03.
Pasalnya, aktivis yang dikenal kritis ini telah terang-terangan mendukung Prabowo-Gibran. Bahkan dirinya pasang badan, bila pasangan yang didukungnya dicap telah melakukan kecurangan.
Salah satunya, seperti video pencoblosan ala noken yang beredar di media sosial. Sistem tersebut dicap oleh kubu pesaing sebagai bentuk kecurangan.
“Video Pemilu Sistem Noken”. Legal ada dasar Kep MK & UU. Provinsi Papua Tengah itu 8 Kabupaten & 5 org Bupati Kader PDIP. Jika Sistem ini dimaknai sbg Pelanggaran, Sy Pemimpin yg memerintahkan Rakyat Sy dukung Prabowo. SAYA SIAP BERTANGGUNGJAWAB! jgn caci maki rakyat di Papua,” tegas Pigai dalam akun media X pribadinya, Sabtu (17/2).
BERITA TERKAIT: