Begitu disampaikan Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam program GagasRI di kanal YouTube Kompas TV berjudul "Sri Sultan Hamengku Buwono X Bicara Prinsip Utama Kepemimpinan".
Sri Sultan mengatakan, strategi kebudayaan bukanlah strategi yang hanya bisa tumbuh ketika negara telah mengalami pertumbuhan yang baik. Seluruh strategi kebudayaan yang genuin ditumbuhkan ketika negara mengalami dinamika ekonomi dan sosial, serta mengalami percepatan perubahan politik, seperti halnya Indonesia sekarang ini.
"Mengingat di balik strategi kebudayaan ini terdapat cita-cita, juga panduan nilai berbangsa, daya pikir, dan metode pemecahan masalah. Dengan segala prioritas yang memerlukan kepekaan pemimpin akan
sense of crisis dan
sense of urgency," katanya, dikutip
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (12/2).
Menurut Sri Sultan, misi humanisasi atau memanusiakan manusia dan menciptakan tingkat serta suasana kehidupan masyarakat yang bermartabat dan mandiri dalam konteks demokrasi, dapat tercapai bila para pemimpin dan rakyat sudah meresapi makna Tri Satya Brata.
"Hal itu dapat diindikasikan dari nilai
rahayuning bawana kapurba waskitaning manungsa," tambah Sri Sultan.
Artinya, bahwasanya harmoni demokrasi terjadi secara alamiah, dengan tidak terkotak-kotaknya masyarakat hanya karena berbeda calon dan aspirasi.
"Apalagi hujat menghujat dan bermusuhan, karena berada di pihak yang berbeda kubu dan partai," pungkas Sri Sultan.
BERITA TERKAIT: