Begitu dikatakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA), Ariati Dina Puspitasari, terhadap pernyataan Dzulfikar. PPNA merupakan organisasi di bawah AMM.
"Kritik itu tidak mewakili keseluruhan organisasi Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM)," ujar Ariati Dina kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (8/1).
Baca: Kritik Sikap Politik Anies, Angkatan Muda Muhammadiyah: Kerap Dekati Tokoh untuk Kepentingan PribadiAriati menekankan bahwa AMM adalah organisasi yang besar dan inklusif. Setiap anggota organisasi AMM tentu memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda-beda.
"Oleh karena itu, tidak tepat jika satu pernyataan dari seorang ketua umum Ortom mewakili keseluruhan organisasi AMM," tegasnya.
Dia juga mengatakan bahwa AMM tidak pernah menutup diri terhadap siapapun, termasuk ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden sesuai dengan komitmen, kapasitas dan integritasnya untuk memimpin bangsa.
Dalam pernyataannya, Dzulfikar Ahmad Tawalla mengatakan, Anies Baswedan adalah sosok yang ambisius. Selalu berusaha mendekati penguasa dan tokoh-tokoh yang memiliki kuasa untuk kepentingan politik sendiri.
Dia menuturkan, Anies pernah mendekati Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengikuti konvensi Partai Demokrat pada 2013. Namun, akhirnya gagal.
Kemudian, lanjut Dzulfikar, Anies mendekati Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendapatkan kursi menteri. Akhirnya, Anies menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2014, meski akhirnya diberhentikan Jokowi pada 2016.
Tak berhenti di situ, Anies kemudian mendekati Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Pada 2017, Anies diusung Prabowo untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dan akhirnya bertarung dengan Prabowo pada Pilpres 2024.
Karena itu Dzulfikar mengimbau masyarakat, khususnya AMM, tidak mendukung Capres yang tidak memiliki integritas dan inkonsistensi dalam berpolitik.
BERITA TERKAIT: