Bukan tanpa sebab, PDIP merasa telah membesarkan seorang petugas partai hingga menjadi seorang presiden, namun kini justru merasa dikhianati.
"PDIP sedang mengalami turbulensi hebat atas isu hengkangnya kader yang diklaim sudah dibesarkan sampai mencapai puncak tertinggi jadi orang nomor satu di Indonesia," kata Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (23/10).
Fakta yang sudah terlihat di publik, dua anak Presiden Jokowi, yakni Kaesang Pangarep dan Gibran Rakabuming Raka membelot. Tidak seperti Jokowi, Kaesang memilih masuk ke PSI sebagai parpol pertamanya dibandingkan PDIP, sementara Gibran yang jelas-jelas berasal dari PDIP justru menjadi bakal cawapres Prabowo Subianto.
Langkah politik Gibran dan Kaesang ini pun telah mendapat restu dari Presiden Jokowi yang jelas-jelas sebagai petugas partai PDIP.
"Manuver keluarga Presiden Jokowi di akhir masa jabatannya ini menjadi pukulan telak bagi PDIP. Kesannya, pergi berlalu meninggalkan parpol yang berjasa," sambung Silaen.
Namun demikian, Silaen tak mau berandai-andai akhir dari "drama politik" antara PDIP dan keluarga Presiden Jokowi.
Yang jelas, kondisi tersebut perlu menjadi bahan evaluasi bagi partai politik sebagai instrumen untuk mengadvokasi kepentingan rakyat melalui wakil-wakilnya.
"Partai politik harus berbenah diri agar rakyat Indonesia tidak muak lalu pergi karena tidak memberikan manfaat signifikan terhadap pergumulan hidup rakyat," tandasnya.
BERITA TERKAIT: