Pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira menjelaskan, gagasan Ganjar tersebut secara hitung-hitungan ekonomi Indonesia sulit terwujud.
"Janjinya Ganjar soal gaji guru Rp30 juta itu lebih absurd lagi, lebih mimpi lagi. Mimpi di siang bolong," ujar Bhima kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (22/9).
Dia berpendapat, Ganjar tidak melihat masalah utama yang terjadi di dunia pendidikan. Soal nominal gaji minimum yang diumbar Ganjar, kata dia, bukan masalah utama bagi guru di Indonesia, melainkan lebih kepada kesejahteraan yang berkesinambungan.
"Harusnya bukan masalah nominal gaji, tapi yang harus dipastikan bagaimana setiap tahun ada peningkatan kesejahteraan, baik guru ASN maupun guru PPPK atau guru honorer," urainya.
Contoh konkret kebijakan yang dianggap lebih penting daripada standarisasi gaji hingga puluhan juta, adalah terkait jaminan sosial.
"Jadi misalkan, lebih banyak diangkat guru honorer menjadi guru ASN, atau diberikan standar tunjangan sebagai perlindungan sosial. Sehingga gap kesejahteraan ASN dan non-ASN semakin menyempit," tutup Bhima.
BERITA TERKAIT: