Begitu tegas Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya dalam acara Republik Ayam Jago yang digelar
Kantor Berita Politik RMOL di Kopi Timur, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Selasa (29/8).
Acara yang dipandu tokoh senior Arief Poyuono ini mengusung tema "Hati-hati Gejolak Dunia Bisa Merembet ke Indonesia”.
Dalam penjelasannya, Berly bercerita tentang pengalamannya saat berkunjung ke Vietnam. Kala itu, dia heran lantaran Vietnam tidak memaksakan diri menanam karet. Alasannya, karena mereka telah melakukan tes tanah per kecamatan.
“Jadi kenapa nggak produksi karet semua, mereka bilang hanya sekian hektare saja yang cocok untuk karet,” ujarnya.
Atas dasar tersebut, dia mengingatkan agar pembangunan food estate dihitung secara matang. Jangan sampai target swasembada pangan jadi salah kaprah dan gagal.
“Misal, kalau bikin food estate dekat hutan, kan banyak hama. Kayak ngasih makanan kan?” sindirnya.
Selain itu, di luar Jawa juga tidak perlu dipaksakan untuk menghasilkan beras. Sebab, sawah untuk menghasilkan beras membutuhkan banyak air. Jika memang air tidak cukup, maka bisa ditanami tanaman ladang seperti singkong, ubi, sagu, atau sorgum.
“Ladang kan tidak perlu pembersihan, jadi dampak lingkungan kecil, perawatan juga kecil. Intinya tidak harus dipaksakan beras. Swasembada pangan bukan berarti beras,” tutup Berly.
BERITA TERKAIT: