Dia menyebut kehidupan demokrasi sekarang justru menyingkirkan partisipasi masyarakat yang bermakna. Dengan demikian jargon Indonesia Emas 2045 menjadi ambigu dan miskin makna.
“Demokrasi macam apa yang terjadi saat ini? Kalau dibilang 2045 merupakan Indonesia emas, lantas Indonesia emas seperti apa kalau hak-hak kita sebagai masyarakat terus direnggut oleh negara?” tegasnya.
Abid mengungkapkan jika rakyat rutin mengkritik pemerintah di muka umum dengan kalimat yang terkesan menghina, maka jangan diherankan.
“Masyarakat tidak mendapatkan kebijakan dari pemerintah yang berpihak kepada rakyat. Karena pemerintah menelantarkan rakyat seenaknya. Maka ini (makian) adalah bentuk amarah rakyat,” tegasnya lagi.
Dia menyebut situasi saat ini terjadi represifitas negara terhadap rakyat sipil. "Hal itu masih terus dipertontonkan, bahkan beberapa waktu lalu warga yang menggelar demonstrasi di Bandung sampai dikejar-kejar dan dipukuli hingga ke dalam rumah, hanya karena menuntut hak-haknya," bebernya.
Menurutnya pembuat kebijakan saat ini acap kali justru melahirkan kebijakan yang bertentangan dari makna bijak.
“Kalau misalkan kebijakan yang dikeluarkan tidak bijak, maka harus kita bilang apa?” seloroh dia.
Dia menyayangkan demokrasi saat ini yang telah dikuasai oligarki dan telah terjadi elaborasi antara logika politik dan logika bisnis.
BERITA TERKAIT: