Sayangnya, data menunjukkan rasio penduduk produktif Indonesia yang bergelar S2/S3 hanya 0,49 persen) masih jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand sebesar 2,43 persen
Menanggapi urgensi ini, Kementerian Agama (Kemenag) RI mengambil langkah strategis dengan meluncurkan program pendanaan riset ambisius Ministry of Religious Affairs The Awakened Indonesia Research Funds Program atau MoRA The Air Funds.
Program ini merupakan terobosan penting yang melibatkan kolaborasi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), yang menyediakan dana hingga Rp50 miliar per tahun selama 2024-2026. Kolaborasi ini bertujuan mengatasi keterbatasan anggaran riset dan memastikan riset menjadi arus utama dalam pengembangan SDM berkualitas. Pada tahun 2024, dana ini telah mendanai 47 tema penelitian yang melibatkan 201 periset.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron, menegaskan bahwa riset adalah kunci agar Indonesia mampu bersaing di kancah global,
"SDM menjadi kata kunci agar Indonesia tetap eksis dapat bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Riset menjadi hal yang strategis untuk menjadi arus utama dalam rangka menjamin tumbuhnya SDM berkualitas dan berdaya saing,’’ jelas Sahiron dalam keterangannya di Jakarta, yang diterima redaksi Rabu 29 Oktober 2025.
Program ini menjadi jawaban Kemenag untuk menyelesaikan berbagai problem keagamaan, kemasyarakatan, dan kebangsaan melalui basis penelitian. Sahiron mengatakan, MoRA The Air Funds tidak hanya fokus pada peningkatan jumlah riset di Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK), tetapi juga bertujuan meningkatkan kualitas riset agar berkontribusi langsung pada masyarakat, daya saing bangsa, dan menghasilkan luaran strategis seperti publikasi internasional serta naskah kebijakan publik.
Sahiron juga menjelaskan, ada empat tema prioritas yang menjadi fokus utama program MoRA The AIR Funds, yaitu Sains dan Teknologi, Sosial Humaniora, Ekonomi dan Lingkungan, serta Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan.
Sementara itu, Kepala Puspenma Kemenag, Ruchman Basori, menjelaskan bahwa program ini didorong untuk dilaksanakan secara kolaboratif (multi-helix). Riset harus melibatkan PTK, lembaga riset umum, bahkan Dunia Usaha dan Industri (DUDI). Model kolaborasi ini penting untuk memastikan hasil riset tidak hanya berhenti di jurnal, tetapi memberikan dampak nyata yang berjangka panjang.
Dengan anggaran yang besar (antara Rp500 juta hingga Rp2 miliar per riset), Kemenag berharap MoRA The Air Funds dapat mengubah pola pikir para periset PTK: dari riset individu menjadi riset kolaboratif yang interdisipliner, yang berorientasi pada luaran strategis untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
BERITA TERKAIT: