"Di antara elite partai mitra koalisi, Airlangga menjadi yang paling potensial. Selain kapasitas ketokohannya sebagai ekonom, juga terkait porsi suara di koalisi yang menyumbang paling besar dibanding PKB dan PAN," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Dedi Kurnia Syah, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (15/8).
Namun, ada catatan penting yang diberikan Dedi. Airlangga harus bisa menarik hati Presiden Joko Widodo agar terpilih mendampingi Prabowo.
"Hanya saja, dari sisi kontestasi umum, Airlangga bisa saja kehilangan peluang. Misalnya dibandingkan dengan Erick Thohir yang lebih dulu banyak mendapat ekspresi dukungan dari Presiden Jokowi," tuturnya.
"Bahkan, bisa saja Airlangga tersingkir oleh Gibran yang mungkin sedang diupayakan lolos ambang batas usia Cawapres," imbuh Dedi.
Toh Dedi melihat, bukan hal yang mustahil Airlangga mendampingi Prabowo. Pasalnya, dengan bergabungnya Golkar dan PAN ke koalisi Gerindra dan PKN akan dijadikan
bargaining agar gugatan batas minimum usia Cawapres tidak dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi.
"Jadi, hitungan politisnya, Airlangga masih mungkin memimpin peluang Cawapres jika dua kondisi tidak terjadi. Pertama, gugatan ambang batas usia tidak dikabulkan. Kedua, Presiden Jokowi tidak ikut campur urusan internal koalisi," tutupnya.
BERITA TERKAIT: