Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada tahun 2018 berada di urutan ke-74 atau peringkat keenam dari bawah.
Sementara itu, kemampuan membaca siswa Indonesia berada di posisi 74, kemampuan matematika di posisi 73, dan kemampuan sains berada di posisi 71.
Hasil studi PISA 2018 dari OECD juga menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam membaca skor rata-ratanya 371 atau berada di bawah rata-rata skor OECD, yakni 487.
“Skor tersebut bahkan terus turun dari 402 pada 2009. Skor rata-rata matematika mencapai 379 dengan skor rata-rata OECD 487. Skor sains siswa Indonesia rata-rata 389, sementara skor rata-rata OECD yakni 489,” kata Executive Director CNBC Indonesia Intelligence Unit, Muhammad Ma’ruf memaparkan PR berat Capres 2024 lewat keterangan tertulisnya, Senin (14/8).
Rendahnya skor membaca dan beberapa kategori lain ini mencerminkan kualitas SDM Indonesia masih rendah.
Ma’ruf menuturkan Bank Dunia juga menghitung Human Capital Index (HCI) untuk melihat sejauh mana peran pendidikan dan kesehatan terhadap produktivitas kedepannya.
Pada tahun 2020, HCI Indonesia sebesar 0,54, berada pada peringkat 96 dari 175 negara.
“Buruknya kualitas SDM ini justru terjadi di tengah besarnya alokasi anggaran pendidikan. Pemerintah telah melakukan pemenuhan mandatory anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Anggaran pendidikan pun bengkak 182 persen, dari Rp216,72 triliun pada 2010 menjadi Rp612,2 triliun pada 2022,” tutupnya.
BERITA TERKAIT: