Padahal untuk mendapatkan slot tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia harus bersaing dengan beberapa negara lainnya. Dilanjut dengan sejumlah persiapan infrastruktur stadion yang menelan biaya besar.
"Kontestasi itu sudah lama persiapannya, bukan ujug-ujug. Jadi kelihatan sekali bodohnya sampai dibatalkan. Tapi sekarang nasi sudah jadi bubur, kebodohan ini hendaknya bisa jadi pelajaran bagi generasi mendatang. Jangan diulangi lagi," kata Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Andre Vincent Wenas, dalam keterangannya yang diterima Kantor Berita RMOLJakarta, Senin (3/4).
Andre menilai taksiran kerugian Rp 3,7 triliun sangat masuk akal. Karena antara lain untuk biaya merenovasi seluruh stadion yang akan digunakan sebagai venue Piala Dunia U-20 yang dikabarkan lebih dari Rp500 miliar.
"Lalu proyeksi kunjungan wisatawan mancanegara yang diperkirakan bakal lebih dari 50 ribu orang,†kata Andre. "Belum lagi hotel-hotel di sekitar venue yang sudah dipesan kamarnya. Jadi Rp3,7 triliun itu jumlah minimal."
Itu belum menghitung kerugian immateriil. Seperti memupuskan mimpi besar para penggawa Garuda Muda berlaga di pentas dunia.
Publik menduga batalnya perhelatan yang sudah lama direncanakan dan melibatkan sejumlah kepala daerah ini karena campur aduk urusan politik dengan olahraga.
“Mestinya sejak awal tak usah mengajukan diri jadi tuan rumah. Sekarang kan urusannya jadi runyam, kerugian jelas di depan mata. Kerugian ekonomisnya jelas ada, apalagi kerugian reputasi bangsa, duh malu-maluin saja. Sudahlah. ini pelajaran pahit bangsa kita,†demikian Andre.
BERITA TERKAIT: