Anggota Komisi I DPR RI fraksi Gerindra Fadli Zon menilai, keputusan FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 menggunakan sikap
double standard alias standar ganda.
Pertama, menurut Fadli, FIFA tidak konsisten dengan larangan politisasi sepakbola.
“Ketika FIFA berteriak nyaring atas serangan Rusia terhadap Ukraina, namun menutup mata terhadap penjajahan serta politik apartheid yang dilakukan oleh lsrael terhadap bangsa Palestina, apakah pilihan sikap itu tidak bersifat politis?†tegas Fadli dalam keterangannya, Kamis (30/3).
Kedua, lanjut Fadli, sikap FIFA yang menuntut semua negara agar berlaku
fair terhadap atlet Israel, padahal Israel sendiri tidak pernah berlaku
fair terhadap atlet dan dunia olahraga Palestina.
Dicontohkan Fadli, pada 2019, militer Israel menyerang Stadion Al Khader di Betlehem dengan gas air mata, yang mirip dengan Tragedi Kanjuruhan, Malang, tahun lalu.
Terbaru, pada 22 Desember 2022 lalu, tentara Israel telah menembak mati Ahmad Atef Daraghma, pemain bola dari klub Thaqafi, serta melukai 24 orang lainnya, dalam sebuah serangan dan aksi brutal di kota Nablus, Tepi Barat.
“Jadi, sangat tak relevan kalau FIFA membela atlet Israel dengan dalih “
fair playâ€,†sesal Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Seharusnya, kata Fadli, para atlet Israel itu ditagih pertanggungjawaban moralnya atas aksi brutal dan tidak
fair yang dilakukan oleh pemerintah mereka terhadap atlet dan dunia olahraga Palestina.
Terlebih, salah satu alasan FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023 yakni dikarenakan “situasi terkini†di dalam negeri Indonesia. Namun “Situasi terkini†yang dimaksud FIFA tidak jelas dan terkesan menutupi apa yang dimaksudnya. Meskipun, penolakan terhadap Timnas Israel menjadi salah satu faktor paling berpengaruh.
“Membela kepentingan Israel, sembari mengabaikan aspirasi negara-negara lain yang punya garis politik tegas terhadap Israel, membuat FIFA punya standar ganda dalam politik sepakbola,†demikian Fadli Zon.
BERITA TERKAIT: