Pandangan itu disampaikan pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (9/3).
Menurut Jamiluddin, masing-masing partai anggota KIB hanya asyik sendiri menyampaikan capres yang akan diusung di media. Sementara pembahasan capres dan cawapres di internal KIB praktis tidak terdengar.
"Padahal masa kritis suatu koalisi pada umumnya saat pembahasan capres dan cawapres," kata Jamiluddin.
Catatan Jamiluddin, Partai Golkar di media tetap menyuarakan Airlangga Hartarto harga mati menjadi capres. PAN juga sudah menyodorkan pasangan Ganjar Pranowo dan Erich Thohir yang akan diusung. Sementara PPP masih tertarik untuk mengusung Sandiaga Salahuddin Uno.
"Kalau masing-masing partai menginginkan calonnya yang jadi capres, tentu peluang terjadi kebuntuhan sangat terbuka. Hal itu tentunya pintu masuk peluang bubarnya KIB," demikian analisa Jamiluddin.
Pengamatan Jamiluddin, lambatnya pembicaraan capres dan cawapres di internal KIB mengindikasikan masalah tersebut sangat sensitif. Hal itu terjadi karena di internal KIB tidak ada sosok yang elektabilitasnya tinggi.
Ia melihat Rommy melihat rentannya pembahasan capres dan cawapres tersebut. Jamiluddin menambahkan bahwa peluang kebuntuhan memang sangat besar.
"Hal inilah yang kiranya jadi dasar Rommy peluang KIB bakal bubar sangat terbuka," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: