Pernyataan itu disampaikannya pada Pembukaan Konperensi Internasional tentang "Perilaku Berkemajuan Antara Ajaran, Pengamalan, dan Penerapan Bersama" (Al-Suluk al-Hadhari, Wa'yun, Fi'lun, Ta'ayusy) di Oran, Aljazair, (25/2).
Konferensi berlangsung atas prakarsa Majelis Islam Tinggi Aljazair, dihadiri sekitar 600 ulama dan cendekiawan muslim mancanegara. Dari Indonesia hadir Din Syamsuddin dan Chalief Akbar, Dubes RI untuk Aljazair, satu-satunya Dubes yang diundang di konferensi itu.
Pada pidato singkatnya, Din Syamsuddin mengatakan, tema konferensi sangat penting dan tepat waktu.
“Karena masalah yang kita alami dewasa ini adalah kesenjangan antara cita-cita dan fakta dalam membangun peradaban. Islam adalah agama peradaban (din al-hadharah),†ujarnya.
Namun, menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta itu, umat Islam belum tampil sebagai pemegang supremasi peradaban dunia, sebagaimana pernah terjadi di abad-abad pertengahan (sembilan sampai sebelas masehi).
“Maka sangat penting dan mendesak bagi dunia Islam untuk merancang kembali strategi peradaban, dan untuk itu perilaku berkemajuan (al-suluk al-hadhari) di kalangan umat Islam harus menjadi orientasi kesadaran dan kehidupan,†tuturnya.
Lebih lanjut Ketua Poros Dunia Wasatiyyat Islam (World Fulcrum if Wasatiyyat Islam) itu menegaskan, perilaku berkemajuan yang perlu ditampilkan umat Islam adalah mengambil bentuk jalan tengah (wasatiyyah), agar dapat mengatasi kerusakan dunia akibat ekstrimitas dan liberalisme, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya.
“Selain perilaku berkemajuan, juga perlu mementingkan kerja untuk produktifitas, kedisiplinan, penghargaan akan waktu, dan hidup efisien-efektif. Selain itu, mutlak perlu menampilkan kebersamaan dan kerja sama,†tandasnya.
Hadir pada pembukaan konferensi dan memberi sambutan, Mufti Mesir, Syaikh Syauqi Ibrahim, mantan Mufti Bosnia, Syaikh Mustofa Cheric, dan Ketua Majelis Islam Tinggi Aljazair, Syaikh Bou Abdullah Ghulamullah, yang menjadi Menteri Urusan Agama Aljazair selama 17 tahun.
Konferensi tiga hari itu berlangsung di Auditorium Masjid Agung Oran, kota terbesar kedua di sebelah Barat Aljazair dan di pinggir Laut Mediterania yang bersejarah.
BERITA TERKAIT: