Hal itu diungkap ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Avialiani dalam acara Indef School of Political Economy bertema Efek Resesi Global terhadap Ekonomi Politik Indonesia 2023 di ITS Tower, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (13/12).
Menurutnya, sektor pangan harus menjadi perhatian pemerintah karena Indonesia memiliki potensi besar dari segi pertanian dibandingkan negara lain, dan juga kaya akan sektor energi.
“Pangan dan energi adalah industri pokok penting yang harus dipikirkan pemerintah. Ke depan Kemenperin perlu buat peta lagi, mana industri yang kita punya kompetisi tinggi untuk diberi insentif dan itu jadi andalan ekspor kita,†ucap Aviliani.
Dia menegaskan jika Indonesia tidak mampu memperbaiki kualitas dan kuantitas ekspornya, maka yang terjadi adalah neraca perekonomian nasional akan defisit.
“Dampaknya adalah ke nilai tukar kita akan selalu melemah. Makanya, Indonesia kalau krisis kan pendapatan per kapitanya turun. Nanti baru mau naik, krisis lagi turun lagi. Turun ada sih tapi lambat. Gimana kita mau jadi negara maju,†katanya.
Selain itu, pemerintah diminta untuk memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan jangan mengandalkan menarik investor asing dengan membeli obligasi milik Indonesia.
“Karena dia
short term. Ketika ada isu seperti sekarang, duit lari ke
The Fed. Bank sekarang juga sedang cukup was-was dengan dolar karena pinjaman banyak tapi likuiditas dolarnya berkurang cukup signifikan,†ucapnya.
Dia menambahkan bahwa sejatinya Indonesia mampu menarik investor domestik atau dalam negari untuk mengendalikan ekonomi nasional. Namun hal itu baru bisa dilakukan jika struktur ekspor sudah bagus.
“Ekspor kita belum mendukung secara penuh kompensasi dari perginya asing,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: