Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai pernyataan tersebut rasional lantaran memiliki dua faktor penentu. Pertama, perolehan kursi Nasdem pada Pileg 2019 yang hanya 10,3 persen. Sementara persyaratan presidential threshold 20 persen. Artinya, Nasdem baru bisa mengusung Anies jika minimal bisa mendapat tambahan 9,7 persen.
“Jadi, perolehan suara Nasdem memang tidak cukup untuk mengusung Anies menjadi capres. Nasdem perlu sokongan dari partai lain, seperti Partai Demokrat dan PKS, yang belakangan ini intens berkomunikasi melalui tim kecil,†kata Jamiluddin.
Dalam analisanya, jika salah satu dari dua partai itu tidak mau berkoalisi dengan Nasdem, maka sudah pasti Anies tidak dapat diusung menjadi capres. Kecuali ada partai lain, seperti PAN atau PPP yang tiba-tiba beralih mendukung Anies.
Sementara faktor yang kedua, ada gangguan dari pihak eksternal yang terkesan besar. Indikasi itu bahkan sudah dinyatakan PKS, yang mengaku sudah didekati untuk berpindah haluan dari Anies.
"Gangguan seperti itu tentu akan terus dilakukan untuk menggagalkan Anies menjadi capres. Sebab, para pihak oligarki memang tidak menghendaki Anies untuk maju menjadi capres. Bagi mereka, Anies sangat membahayakan eksistensinya,†ucapnya.
"Gangguan yang besar itu tampaknya menghawatirkan Surya akan terwujudnya koalisi Nasdem-Demokrat-PKS. Surya khawatir ada di antara partai itu yang kemudian pindah haluan,†tutup Jamiluddin.
BERITA TERKAIT: