Begitu kata peneliti Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Indah Pangestu Amaritasari dalam Diskusi Publik bertema, “Radikalisme dan Cita-cita Khilafah Perspektif Keamanan Nasional,†yang diselenggarakan Puskamnas Universitas Bhayangkara Jakarta Raya di Hotel D, Setiabudi, Jakarta Selatan, Minggu (14/8).
Menurutnya, hubungan linimasa dengan pergerakan terorisme di Indonesia terbilang menarik. Sebab, tampak ada gerakan terorisme tidak hanya bergerak dengan jaringan internasional, tetapi ada konteks dilakukan serangan mandiri.
“Kenapa? Karena ISIS, tepatnya sejak tahun 2014 menggunakan media sosial menyebarkan propagandanya,†ujarnya.
Seruan pada pengikut ISIS untuk melakukan jihad global secara mandiri atau lonewolf yang terus didengungkan membuat trend serangan terorisme naik.
Atas dasar tersebut, Indah meminta para pengguna media sosial harus berhati-hati. Khususnya kelompok Gen Z yang kebanyakan mencari konten-konten agama secara instan.
“Kalangan Gen Z harus diwaspadai, jangan sampai justru menjadi perantara terjadinya radikalisasi,†terangnya.
Terakhir, dia ingin pencegahan terorisme dan radikalisme berbasis kekerasan di Indonesia dilakukan secara komprehensif. Semua isu perlu diperhatikan dengan baik.
Turut hadir sebagai pembicara dalam acara ini mantan Jurubicara Presiden Gus Dur, Ngatawi Al-Zastrow, dan Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti.
BERITA TERKAIT: