Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jaga Tren PEN, Menko Airlangga Cermati Risiko Pencapaian Inflasi 2022 dari Imported Inflation

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Kamis, 03 Februari 2022, 11:22 WIB
Jaga Tren PEN, Menko Airlangga Cermati Risiko Pencapaian Inflasi 2022 dari <i>Imported Inflation</i>
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto/Net
rmol news logo Laju inflasi pada Januari 2022, dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 0,56 persen dibanding Desember 2021 (month to month), atau 2,18 persen dibanding periode yang sama tahun 2021 (year on year).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menerangkan, secara tahunan nilai inflasi Januari 2022 masih terkendali dalam kisaran sasaran target inflasi tahun 2022 sebesar 3 persen hingga 1 persen (yoy). Namun secara bulanan, sedikit menurun dari bulan sebelumnya.

"Namun, inflasi Januari 2022 merupakan tertinggi pada periode yang sama sejak tahun 2019," ujar Airlangga dalam keterangan tertulis yang dilansir laman Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kamis (3/2).

Seiring dengan itu, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini melihat pada awal tahun 2022 sinyal optimisme pemulihan ekonomi terus bertambah, khususnya terlihat dari sektor manufaktur yang semakin menggeliat.

Airlangga menyatakan, hal itu terbukti pada Laporan Purchasing Managers’ Index (PMI) yang diterbitkan IHS Markit, di mana output sektor manufaktur Indonesia kembali di posisi ekspansif sebesar 53,7 pada Januari 2022, lebih tinggi dari bulan Desember 2021 yang mencapai 53,5.

Dengan demikian, lanjut Ketua Umum Partai Golkar ini, sektor manufaktur melanjutkan level ekspansi selama lima bulan berturut-turut, dan masih mengungguli beberapa negara ASEAN seperti Thailand (51,7), Filipina (50,0), dan Myanmar (48,5).

"Kinerja sektor manufaktur yang terus terekspansif perlu diapresiasi. Pemerintah juga akan terus bekerja keras menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga performa positif ini dapat terus ditingkatkan," harapnya.

Untuk mengantisipasi potensi risiko pencapaian inflasi selama setahun ke depan, Airlangga memastikan langkah kebijakan pemerintah akan memperhatikan sejumlah indikator yang mendukung pemulihan ekonomi.

"Dalam rangka menjaga tren pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah akan terus mencermati berbagai risiko pencapaian inflasi tahun 2022, termasuk yang berasal dari imported inflation," katanya.

Langkah tersebut, menurut Airlangga, sangat penting dilakukan. Sebabnya, permintaan yang tinggi di pasar dunia telah mendorong naiknya harga-harga komoditas esensial, dan berdampak terhadap kenaikan inflasi global.

Teranyar, IMF dalam publikasi terbaru World Economic Forum yang dirilis Januari 2022 menyampaikan, kenaikan inflasi merupakan salah satu faktor risiko pemulihan ekonomi di tahun 2022. Berlanjutnya harga energi yang tinggi disertai gangguan rantai pasok telah mendorong peningkatan inflasi, terutama di Amerika Serikat dan banyak negara Emerging Market and Developing Economies (EMDE).

Airlangga menyebutkan, Amerika Serikat sendiri menutup tahun 2021 dengan tingkat inflasi menembus 7 persen, dan merupakan tertinggi sejak Juni 1982.

Maka dari itu, mantan Menteri Perindustrian ini memastikan pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia maupun Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk memitigasi berbagai tantangan pencapaian inflasi tahun 2022 baik yang berasal dari global maupun domestik.

"Penguatan program kerja dan strategi kebijakan pengendalian inflasi di level daerah menjadi strategis dalam mendukung pencapaian inflasi nasional tetap terkendali di tengah risiko-risiko yang dihadapi," demikian Airlangga. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA