PT. Kiniki Bintang Raya KSO sebagai pengelolah mengklaim sudah tidak ada masalah dengan rencana pembangunan pusat inovasi, riset dan teknologi itu. Termasuk status lahan 888 hektare yang sudah disiapkan.
PT. Kiniki Bintang Raya KSO diketuai oleh politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko. Proyek bakal dibangun di atas tanah berstatus Hak Guna Bangunan (HGB) milik PT Bintang Raya Lokalestari, perusahaan keluarga Handoko.
Namun, meski sudah diklaim, hingga sekarang belum ada pernyataan terbaru dari Istana terkait proyek Bukit Algoritma yang rencananya akan dibangun pada bulan ini.
"Aku enggak mau ngomong-ngomong, silahkan saja (tanya ke pemerintah)," kata Budiman kepada wartawan beberapa hari lalu.
Sekretaris Dewan Nasional KEK, Enoh Suharto Pranoto pernah menyampaikan, kawasan Cikidang belum memenuhi syarat administratif, sehingga berkas pengajuan dikembalikan ke PT Bintangraya Lokalestari selaku pihak pemohon.
Bahkan, kata Enoh, pengajuan tersebut belum masuk ke dalam tahap pembahasan di rapat Dewan Nasional KEK.
Terbaru, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan kawasan Bukit Algoritma yang akan disulap dari Silicon Valley versi Indonesia berada di daerah yang rawan gempa.
Menurut BMKG, daerah itu diapit oleh dua sesar aktif, yakni Sesar Citarik dan Sesar Cimandiri.
Dan dari fakta yang ada, setidaknya ada 12 peristiwa gempa yang terjadi sejak 1879 hingga 2021 di daerah itu.
Meski rawan gempa, bukan berarti di kawasan itu tidak bisa didirikan bangunan. Bukit Algoritma boleh dibangun dengan struktur dan didesain bangunan tahan gempa.
Budiman sebeulmnya menyebutkan, akan ada lima sektor yang akan diprioritaskan dalam pembangunan Bukit Algoritma. Yaitu industri teknologi quantum, bioteknologi, nanoteknologi, industri semiconductor, dan industri penyimpanan energi.
Dan dipastikan, untuk pendanaannya tidak menggunakan anggaran negara. Pengembang bakal mencari investor baik dari dalam dan luar negeri.
BERITA TERKAIT: