Direktur Eksekutif Moya Institute, Hery Sucipto memaparkan, situasi demokrasi di Tanah Air kini terus berubah ditandai dengan fenomena banyaknya partai politik baru muncul.
"Oleh sebab itu sebetulnya turut memperkaya khasanan demokrasi di Indonesia dengan segala peristiwa politik terjadi, apalagi pada saat pandemi Covid-19 sekarang yang membuat jadi terbatas," ucap Hery dalam acara diskusi virtual, Minggu (7/3).
Dalam forum yang sama, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta turut menjabarkan, selama 20 tahun terakhir, perubahan sosial terasa lebih cepat dan besar ketimbang reformasi politik.
Penyebabnya, menurut Anis Matta, kondisi struktural dengan bonus demografi, terbentuknya kelas menengah baru yang jumlahnya cukup banyak, tren pertumbuhan populasi urban, serta infiltrasi global.
"Meski begitu, reformasi ketatanegaraan juga bisa menciptakan keseimbangan baru dan stabilitas politik Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di dunia," ujar Anis Matta.
Sementara itu, Wakil Ketua Parta Gelora Indonesia yang juga narasumber diskusi, Fahri Hamzah menjelaskan, sekarang ini elite di Indonesia tidak menunjukkan keseriusan dalam berdemokrasi.
Menurut Fahri, kondisi tersebut terjadi karena telah terlalu lamanya Indonesia dalam kungkungan sistem politik kerajaan, sekaligus mengalami masa kolonialisme imperialisme.
"Yang terjadi sekarang, cita rasa kebebasan melemah. Semua harus mengikuti maunya negara. Itu sama saja dengan kudeta yang harus dicemaskan," demikian mantan Wakil Ketua DPR RI itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: