Pasalnya, masyarakat menengah ke bawah masih beranggapan bahwa jual beli dan transaksi lainnya masih rendah.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, saat menjadi narasumber dalam diskusi Polemik MNC Trijaya FM, bertajuk "
Efek Resesi di tengah Pandemi" pada Sabtu (7/11).
"Hasil survei yang diadakan pada Oktober 2020, saat ini tidak ada optimisme khususnya di masyarakat kelas bawah perihal konsumsi," ujar Dedi Kurnia Syah.
"Mereka beranggapan jual beli transaksi dan segala macamnya masih rendah," imbuhnya.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo mengaku optimis kelompok menengah atas akan melakukan konsumsi dan membuat kegiatan ekonomi kembali bergerak.
Apabila, ada pelonggaran kegiatan ekonomi di masa pandemi Covid-19.
"Kuncinya ada di kelas menengah atas ketika ekonomi sudah mulai dilonggarkan, PSBB dilonggarkan, ada aktivitas, diharapkan memang itu menciptakan dampak positif bagi upaya penciptaan lapangan kerja baru," kata dia.
"Karena tidak mungkin mengandalkan stimulus pemerintah saja untuk menopang setiap sektor," demikian Yustinus Prastowo.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,49 persen pada kuartal III 2020 kemarin dan kuartal II 2020 ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.
Mengacu data BPS tersebut, Indonesia resmi mengalami resesi.
Selain Yustinus dan Dedi, narasumber lain dalam diskusi daring tersebut yakni anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati, Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi, dan Ketua Umum APRINDO Roy N Mandey.
BERITA TERKAIT: