Pujian disampaikan dalam acara bedah buku berjudul "Fungsi-Fungsi DPR, Teks, Sejarah, dan Kritik" karya Desmond J. Mahesa yang digelar Pusat Kajian Hukum dan Pembangunan (PKHP) Universitas Negeri Surabaya, Rabu (15/7).

Dia mengapresiasi otokritik Desmond terhadap DPR yang menjadi tempat tiga fungsi konstitusional penting berada, yakni fungsi legislasi, fungsi pengawasan, dan fungsi anggaran.
"Sejak di halaman awal, Desmond sudah melontarkan kritiknya terhadap DPR. Dia menyebut hingga saat ini fungsi-fungsi DPR dinilai belum sepenuhnya bisa dijalankan dengan efektif,†tegasnya.
Desmond, sambung Palguna, secara gamblang menyebut bahwa faktor politis selalu menjadi bayang-bayang bagi DPR untuk menjalankan kewenangan. Akibatnya, pertimbangan-pertimbangan politis kerap kali lebih dominan dibandingkan dengan pertimbangan-pertimbangan logis dalam menjalankan fungsi.
Kritik lebih tegas tertera di bab terakhir. Di mana Desmond mengatakan rakyat berharap reformasi akan menghadirkan era baru, lebih dari sekadar kebebasan, dan liberalisasi kehidupan sosial politik.
Namun, harapan itu tak kunjung terwujud. Sebabnya, di satu pihak, pemerintah makin kuat dan liberal. Di sisi lain, DPR justru bertambah lemah berhadapan dengan pemerintah, khususnya dalam pelaksanaan fungsi pengawasan.
“Penggunaan hak-hak DPR seperti hak penyelidikan (angket), semula memberi kesan DPR lebih kuat. Namun kenyataan politik memperlihatkan sebaliknya,†kata Palguna.
“Entah karena panitia khusus yang dibentuk masuk angin, atau langkah politik DPR itu sekadar menaikkan posisi tawar DPR, atau karena Pemerintah dan pihak-pihak terkait tidak merasa terikat untuk patuh pada kesimpulan dan rekomendasi DPR,†sambungnya.
Meski memuat otokritik, buku ini bukanlah buku yang muram. Palguna mengatakan, mungkin Desmond satu-satunya politisi yang secara tekun menghimpun data untuk menelusuri jejak fungsi DPR dari masa ke masa tanpa kehilangan daya kritisnya dalam meneliti subjek penelitiannya secara objektif.
"Lebih dari sekadar fakta dan data, paparan dalam buku ini adalah sekaligus refleksi kritis seorang aktivis terhadap lembaga yang tanpa henti dia kritisi sejak berstatus sebagai outsider, aktivis penyeru suara moral, hingga menjadi bagian tak terpisahkan darinya,†tegasnya.
“Karena itu, bagi mereka yang hendak mendalami hal-ihwal yang bersangkut-paut dengan pertumbuhan fungsi-fungsi DPR, buku ini adalah referensi penting yang tak boleh diabaikan," demikian Palguna.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: