Kemarahan itu dilatari kekesalan lantaran dua mobil laboratorium dari BNPB yang dia minta justru dialihkan untuk daerah lain di Jawa Timur.
Risma nampak mengamuk karena merasa ada pihak tertentu yang sengaja melakukan sabotase, sehingga warganya tidak bisa menjalani swab test secara maksimal.
Kemarahan politisi PDI Perjuangan itu pun diartikan sejumlah pihak sebagai bentuk hubungan tidak harmonis antara Risma dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Menanggapi perseteruan keduanya, Kepala Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat, Andi Arief sumbang saran.
Dia menyarankan agar keduanya bisa duduk bersama untuk saling mendiskusikan permasalahan yang dihadapi. Tujuannya untuk sama-sama mencari solusi terbaik.
Saran tersebut, kata Andi Arief, sesuai dengan aliran yang dianut Partai Demokrat, yaitu asas rekonsiliatif.
"Saran kami duduk bareng aja antara keduanya. Selamatkan rakyat. Keduanya pasti ingin rakyat selamat," ujarnya melalui akun Twitter miliknya pada Minggu (31/5).
"Dua-duanya putri terbaik di Jawa Timur. Di tengah pandemik jangan ada keributan," sambung Andi Arief.
Pemprov Jatim pun memberikan penjelasan bahwa dialihkannya dua mobil laboratorium ke berbagai daerah sudah sesuai kebutuhan dan penjadwalan. Saat ini pun mayoritas daerah di Jatim mengalami kendala keterbatasan lab PCR.
Sementara Kota Surabaya, memiliki laboratorium dengan kapasitas sekitar 800 sampel per hari. Belum lagi tambahan mobil PCR dari BIN yang berkapasitas 200 sampel per hari.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: