“Itulah politik, cair dan dinamis. Peluk-pelukannya Nasdem dengan PKS membenarkan adagium bahwa di politik tak ada teman dan lawan abadi,†ungkap analis politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (1/11).
Terlepas dari perseteruan Nasdem dan PKS di Pilpres 2019, ada kepentingan politik Pilkada 2020 di balik pertemuan yang berlangsung di kantor DPP PKS itu.
“Ketika kepentingan Pilpres, beda Nasdem dengan PKS, mereka menjadi lawan. Tapi saat ini ketika kepentingannya sama, mereka jadi kawan,†ungkapnya.
Ujang menambahkan, pecah kongsi di tubuh partai koalisi mungkin bisa saja terjadi. Pasalnya, koalisi yang dibangun Jokowi bukanlah koalisi ideologis melainkan koalisi kepentingan kekuasaan semata.
“Yang dibangun koalisi kompromis, pragmatis, dan kepentingan. Tentu koalisinya akan mudah pecah, termasuk bisa pecah di tengah jalan,†tambahnya.
Koalisi berbasis kepentingan, lanjut Ujang, akan mudah pecah di tengah jalan apabila kepentingan setiap partai politik tidak diakomodir atau kepentingannya sudah berbeda dan berkawan dengan pihak oposisi.
“Nasdem masih akan tetap di koalisi Jokowi. Namun Nasdem juga sedang berteman dengan oposisi,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: