Dalam pandangan ekonom Ichsanuddin Noorsy, kegagalan Jokowi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen bukan hal yang aneh. Pasalnya, dia sudah memprediksi, sejak 2015 ekonomi Indonesia di era Joko Widodo tidak akan tumbuh lebih dari 5,1 persen.
Penyebabnya, menurut Ichsanunddin, perencananaan pemerintahan diterapkan dalam model
business as usual. Dengan kata lain dalam model yang biasa-biasa saja, seolah-olah tanpa ada masalah.
"Padahal sejak Agustus 2015, perang dagang itu sudah berdampak terhadap perang nilai tukar. Karena itu ketika perencanaan pembangunan diterapkan dalam model
business as usual, dia (pertumbuhan ekonomi) tidak akan pernah menembus apa-apa. Dan itu menjadi kenyataan," ujarnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (17/10).
Bahkan, lanjut Ichsanuddin, neraca perdagangan Indonesia saat ini mengalami defisit 1,95 miliar dolar AS. Penyebabnya adalah kegagalan mengatur sumber daya domestik, produksi domestik, dan pasar domestik.
"Dalam bahasa yang lain, sumber daya kita diambil, produksi kita dikuasai asing, pasar kita diterjang asing," tandas Ketua Depertemen Ekonomi Majelis Permusyawaratan Pribumi Indonesia (MPPI) ini.
BERITA TERKAIT: