Kepada masyarakat Sulawesi Barat yang telah menitipkan amanah itu, dia mengucapkan terimakasih dan juga permohonan maaf jika dalam rentang lima tahun ini ada banyak hal yang tidak berkenan.
Ibnu Munzir mengatakan, sejak 1992 secara formal dia sudah berada di ruang politik sampai hari ini. Dari Makassar sampai ke Senayan.
Dia mengaku sudah menggariskan banyak pembelajaran. Seperti, keterlibatan yang utuh pada Pansus Century, RUU Sumber Daya Air, RUU Pemerintahan Daerah, RUU Desa sampai menjadi inisiator pembentukan Sulawesi Barat.
"Dan beberapa kerja-kerja perundang-undangan memberi pahaman bahwa masih tersisa banyak hal yang mesti dituntaskan di negeri ini," terangnya.
Amanah partai sebagai Wakil Ketua Fraksi plus Wakil Ketua Komisi V, lanjut Ibnu Munzir, bukanlah sebuah beban kecil. Marwah partai harus dimunculkan dalam menyoal persoalan publik di bidang pendidikan, agama dan tenaga kerja.
"Sengkarut yang muncul di ranah itu begitu luas. Jumlah pengangguran, posisi umat yang gampang terbelah dan juga saudara-saudara kita yang kadang terzalimi oleh perusahaan atau negara lain adalah contoh mata rantai panjang yang masih butuh dituntaskan. 5 tahun sejatinya tak cukup, maka ini harus menjadi memo bagi yang dilantik hari ini. Untuk terus menyuarakan sampai pada titik seadil-adilnya bagi seluruh rakyat Indonesia," tuturnya.
Tidak itu saja, amanah partai sebagai Korbid Kepartaian adalah wilayah lain yang membutuhkan energi yang tidak kecil untuk merawat keutuhan partai sebagai pilar bangun kebangsaan.
Dan 2019 sungguhlah tahun yang padat. Ibnu Munzir menyebutkan, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dihelat dalam waktu yang sama. Dan Golkar mengetuk palu, menjadi bahagaian dari petahana Joko Widodo.
Bagi Golkar, Jokowi harus diberi kesempatan untuk mengutuhkan ikhtiar Nawacita yang telah didengungkan selama 5 tahun. Sikap tegas itu disampaikan oleh Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di pelbagai kesempatan.
"Dan bagi saya itu sekaligus pesan untuk total menunjukkan Golkar sebagai mesin poltik modern yang harus memilah dengan cerdas antara pilihan mengurusi diri sendiri atau meletakkan kepentingan kepemimpinan nasional sebagai hal yang utama," imbuhnya.
Menurutnya, pernyataan ketum sebagai simbol partai harus diterjemahkan oleh seluruh perangkat disekitarnya. Dan itu menjadi alasan dia menjalani roadshow panjang di sebahagian besar pulau Jawa, menemui para kiai sepuh sebagai pemuncak kultural di berbagai tempat. Menepis begitu banyak hujatan, dan mendaraskan kembali ikhtiar kebangsaan yang diringkas dalam Cawacita.
"Bagi saya, keberpihakan Golkar haruslah berjejak baik. Meski resikonya mengabaikan sosialisasi di daerah pemilihan," ungkap Ibnu Munzir dalam keterangan tertulis.
"Akhirnya, saya harus istirahat sejenak, nama saya tak muncul di KPU. Tapi sungguh tak ada kekecewaan di situ. Politik adalah seni memilih. Seni yang sejatinya meretas kekecilan hati juga kesumat. Seni yang menumbuhkan senantiasa pengharapan," lanjutnya menambahkan.
Kepada segenap keluarga, tim, kawan-kawan di Sulbar dan di mana saja, Ibnu Munzir terimakasih atas dedikasinya sampai saat ini. "Tuhan tak menggariskan saya untuk kembali sementara ke Senayan. Dan tak perlu berkecil hati. Ladang pengabdian begitu luas di negeri ini," ungkapnya.
Dan kepada segenap tim, kawan dan saudara-saudara di Sulbar, Ibnu Munzir berpesan, memang kita tidak sempat melahirkan seorang legislator di Senayan, tapi dengan nyata kita melahirkan Presiden.
"Kemenangan telak Jokowi di Sulbar (64 persen) adalah bahagian dari kemenangan Jokowi secara total. Dan bagi saya, bagi Ketua Umum Airlangga Hartanto dan bagi Golkar, itu kemenangan besar kami dengan nyata," tutupnya.
BERITA TERKAIT: