Konkretnya, mereka membagikan makanan dan minuman kepada petugas yang melakukan pengamanan di sekitaran gedung Mahkamah Konstitusi (MK).
Salah satu Koordinator Kami Bersatu, Asep Ubaidilah mengaku aksi mereka itu sebagai bentuk dari rasa prihatin atas dicederainya pesta rakyat lima tahunan itu oleh sekelompok pihak perusuh pada saat aksi 21 sampai 22 Mei kemarin.
"Gerakan aksi pada 21 sampai 22 Mei kemarin bukanlah real kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum akan tetapi lebih tepatnya adalah gerakan yang mengganggu keamanan dan biang kerok terjadinya kerusuhan melalui provokator yang sudah by design," kata Asep di lokasi, Jakarta Pusat, Jumat (24/5).
Untuk itu, lanjut Asep, pihaknya mendukung langkah aparat keamanan dalam menindak tegas para perusuh demokrasi yang merugikan rakyat Indonesia kebanyakan.
Padahal, lanjut dia, di negara ini telah disiapkan jalur-jalur konstitusional bagi mereka yang merasa tak puas dengan hasil pemilu. Misalkan memperkarakan dugaan pelangggaran pemilu melalui MK.
"Bukan berarti malah sebaliknya, dengan membuat kerusuhan yang dilakukan oleh sekelompok pihak dan pada akhirnya masyarakat secara luas yang dirugikan," tekannya.
Tak jauh beda, Ketua Sapma Pemuda Pancasila DKI Jakarta, Shaquille Rekardianto juga mengecam kerusuhan yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Dipastikan Shaquille, tak ada satupun anggota Sapma Pemuda Pancasila DKI Jakarta yang ikut dalam aksi anarkis tersebut.
"Kita pada dasarnya bertentangan dengan gerakan-gerakan di luar aturan hukum yang berlaku. Dan pergerakan-pergerakan yang ingin memecah belah bangsa Indonesia dan memecah belah Pancasila. Kami PP mendukung TNI-Polri untuk mengamankan Indonesia," demikian Shaquille.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: