"Saya dan Prabowo Subianto, sepakat untuk memberikan perhatian lebih dan energi untuk peningkatan kualitas UMKM. Merekalah yang harus didukung dari perizinan hingga permodalan. Karena 80 persen usaha rakyat ini adalah UMKM," kata Sandi, saat berkunjung ke Desa Santri Mlangi, Sleman, Yogyakarta, melalui siaran pers, Jumat (16/11).
Desa Mlangi sendiri hampir 90 persen warganya merupakan para pengusaha kecil. Dari batik, pakaian, kopiah, hingga makanan. Namun dolar yang tinggi membuat mereka harus bertahan agar tidak menaikkan harga di tengah lesunya ekonomi. Sebagaimana yang dialami Bu Ati.
"Karet celana impor Pak, juga beberapa bahan baju. Jadi kamu agak kesulitan. Bagaimana ya pak caranya bertahan?" tanya Bu Ati pada Sandiaga Uno.
Menurut Sandi, naik turunnya dolar karena ekspor Indonesia sangat lemah dan membanjirnya produk impor. Sehingga, jika dolar naik otomatis membebani biaya produksi.
"Buat Bu Ati lakukan penghematan, hindari pengeluaran yang tidak perlu. Karena menaikkan harga bukan jalan keluar di tengah lesunya daya beli. Bangsa ini kaya, tapi kita dibuat bingung, masak karet celana saja impor dari Cina," kata Sandi.
Sandi mengatakan, banyak sumber daya alam di Indonesia. Dimana seharusnya dapat mengurangi ketergantungan pada impor.
"Insya Allah jika Prabowo-Sandi jadi pelayan masyarakat Indonesia, kita bikin dolar stabil supaya tidak membenani UMKM. 2019, kebijakan ekonomi Indonesia lebih baik," demikian Sandi.
[lov]