Kedua pemimpin negara itu mendebat tentang arti dari nasionalisme.
“Yang satu utamakan ‘nasionalisme & patriotisme’ ketimbang ‘globalisme’. Yang lain kedepankan ‘globalisme’ & kecam ‘nasionalisme’,†tutur SBY dalam akun Twitter pribadinya sesaat lalu, Rabu (13/11).
SBY menjelaskan bahwa negara Barat banyak yang mendefinisikan bahwa nasionalisme itu tidak baik. Berbeda dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia, yang punya definisi sendiri.
“Saya berpendapat keduanya tak perlu dipertentangkan. Globalisme (dulu internasionalisme) & nasionalisme bisa akur & berdampingan,†sambungnya.
Nasionalisme, lanjut ketua umum Partai Demokrat itu, perlu diartikan sebagai cinta bangsa. Dengan kata lain, setiap bangsa tentu punya rasa, semangat, dan wawasan kebangsaannya masing-masing.
“Andaikata kini negara-negara hidup dalam ‘perkampungan global’ (global village), tetap saja miliki rumah sendiri. Rumah itulah ‘kebangsaannya’,†tegas SBY.
Sehingga, tidak salah jika kemudian ada yang beranggapan kepentingan bangsa harus diutamakan, sepanjang tidak merugikan dan memusuhi bangsa lain.
“Saya setuju dengan pandangan Bung Karno, hakikatnya nasionalisme dan internasionalisme memiliki hubungan positif dan tak harus bermusuhan,†ujarnya.
“Yang penting kita tak anut
’narrow nationalism’ yang tak peduli terhadap kepentingan bersama
(shared interests) bagi dunia yang damai, adil, & sejahtera,†tukas SBY.
[ian]
BERITA TERKAIT: