"Seperti ada tuan dan hambanya. Tuan memiliki hamba atau bawahan-bawahan yang harus nurut, tidak boleh membantah dan sebagainya," kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang
Komaruddin kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (13/11).
Kata Ujang, patron klien merupakan struktur yang masih mengenal adanya
jurang yang tinggi antara atasan dengan bawahan. Sehingga bawahan
menghamba kepada atasannya.
Kondisi yang seperti itu, jelas Ujang, bisa ditemui di hampir setiap partai politik di Indonesia. Memang tidak dipungkiri, pimpinan partai politik saat ini merupakan tokoh yang kuat dan dikultuskan secara berlebih oleh para anggotanya.
Ujang memberi comtoh yang terjadi di Partai Nasdem saat ini. Ketika adanya kasus gugatan dari kadernya Kisman Latumakulita terhadap pimpinannya Surya Paloh yang dianggap telah melanggar AD/ART partai.
"Jadi dalam berpartai kita seharusnya berjalan sesuai dengan
rules of the game-nya, tapi akibat patron klien tadi kadang-kadang ucapan ketua umum lebih tinggi dari AD/ART," ungkapnya.
[lov]
BERITA TERKAIT: