Jokowi meskipun akhir-akhir ini dihujani kritik, telah berkibar dengan narasi besarnya yakni percepatan infrastruktur. Demikian juga Prabowo Subianto, terutama dalam pidatonya akhir-akhir ini, juga memiliki narasi besar ingin melepaskan Indonesia dari belenggu asing dan elit-elit maling.
Memang idealnya sebelum menjadi pemimpin, seorang figur haruslah menjadi pemimpi yang baik. Syarat tersebut mutlak dimiliki oleh capres alternatif yang ingin tampil di pilpres 2019.
Dari nama-nama yang beredar, misalnya ada Rizal Ramli, Gatot Nurmantyo, dll. Tampaknya hanya Rizal Ramli lah yang siap dengan narasi besarnya.
Setelah mengagetkan publik dengan keberaniannya mendeklarasikan diri sebagai Capres, Rizal Ramli terus keliling Indonesia memaparkan narasi besarnya tentang Indonesia ke depan.
Yaitu Indonesia yang mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dan untuk mencapainya telah disiapkan strategi pertumbuhan ekonomi tinggi yakni 10 persen, pemerataan pembangunan, memangkas gap kaya-miskin, dan menindak orang-orang brengsek yang selama merampok kekayaan Indonesia.
Narasi besar itu yang belum terdengar dari capres alternatif lainnya. Misalnya, Gatot Nurmantyo, selama ini belum berpidato secara terbuka tentang gagasannya untuk Indonesia. Maka saat ini pun publik masih buta tentang apa yang disiapkan oleh Gatot Nurmantyo untuk membangun Indonesia ke depan.
Pilpres 2019 sudah di depan mata, bila publik ingin capres alternatif, maka sudah selayaknya memusatkan dukungannya pada satu figur saja. Berpencarnya pada beberapa figur hanya akan melemahkan kekuatan.
Realistis saja, saat ini capres alternatif yang sudah berani mendeklarasikan diri hanya Rizal Ramli. Dan Rizal Ramli pun sudah lantang menyuarakan narasinya tentang Indonesia ke depan. Maka sudah sangat layak apabila mendaulat Rizal Ramli sebagai satu-satunya Capres alternatif.
[***]Penulis adalah Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (PRIMA).