Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Para Manipulator Jadi Cawapres

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/arief-gunawan-5'>ARIEF GUNAWAN</a>
OLEH: ARIEF GUNAWAN
  • Selasa, 20 Februari 2018, 12:11 WIB
Para Manipulator Jadi Cawapres
Ilustrasi/Net
POLA 'rekrutmen’ calon wakil presiden yang akan mendampingi Joko Widodo di Pemilu Presiden tahun depan saat ini ternyata mirip-mirip dengan pola SBY sewaktu jadi presiden.

Menjelang periode kedua SBY tidak lagi memakai JK sebagai wapres melainkan 'menjaring' sejumlah nama untuk 'diposisikan' sebagai cawapres. Bahkan di internal Partai Demokrat waktu itu digelar konvensi.

Menurut cerita seorang pakar politik, untuk keperluan ini SBY menunjuk salah satu koleganya menjadi semacam ketua panitia seleksi cawapres. Kondisi ini menyebabkan euphoria di kalangan nama-nama tersebut, walaupun akhirnya pada saat injury time SBY ternyata memilih nama yang tidak disangka-sangka untuk dijadikan wakil presiden, yaitu Boediono.

Santer beredar kabar SBY sudah kapok untuk kembali berpasangan dengan JK yang mendampingnya dalam periode pertama.

Nama-nama yang saat ini muncul dan disebut-sebut sebagai calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi di Pilpres tahun depan juga mengalami semacam euphoria, atau lebih tepatnya ke-ge’er-ran, sebab sebenarnya mereka belum tentu akan dipilih oleh Jokowi untuk jadi wakil presiden.

Ada yang bilang, Jokowi sebenarnya sekedar sedang memainkan politik akomodatif.

Bahwa saat ini nama-nama tersebut mengkampanyekan diri untuk jadi cawapresnya Jokowi hal itu lumrah karena masing-masing mereka memiliki network. Meski faktanya satu-satunya modal yang mereka pakai untuk jadi cawapresnya Jokowi adalah pencitraan belaka. Mereka memanipulasi diri seakan merupakan sosok yang handal.

Modal mereka bukan kompetensi, bukan integritas moral, bukan keberpihakan yang nyata kepada rakyat kecil, bukan reputasi, bukan pula tranck record yang terpuji.
Modal pencitraan seperti ini tentu akan sangat membahayakan bagi Jokowi, sebab kalau sampai cawapres dengan modal seperti ini yang dipilih maka sama saja Jokowi akan berpasangan dengan mannequin. Boneka pajangan.

Untuk berkompetisi di Pilpres tahun depan dan untuk dapat berlanjut di periode kedua nanti Jokowi justru harus memilih figur cawapres yang memiliki kompetensi dan reputasi yang kuat. Berciri problem solver, berani & bersih dari KKN, berkarakter operational leadership. Anti neoliberal. Punya jaringan internasional yang luas tetapi bukan babu asing dan bukan pula jongos aseng.

Tantangan pemerintahan Jokowi apabila berlanjut ke periode kedua dipastikan akan sangat berat, terutama dalam menghadapi problem perekonomian nasional yang sudah semakin terpuruk di bawah asuhan Sri Mulyani dan Darmin.

Akan rusak bangsa dan negeri ini kalau pencitraan dipakai sebagai modal utama untuk menjadi pemimpin nasional, seperti yang dipraktekkan oleh mereka yang kebelet ingin jadi cawapresnya Jokowi saat ini.

Dan seperti dikatakan oleh orang-orang bijak dalam ungkapan lama yang penuh hikmah:

’’Akan rusak dan merugi suatu kaum apabila hal-hal yang berkaitan dengan kemaslahatan orang banyak diserahkan kepada yang bukan ahlinya,…’’.
Kita semua merugi. Rakyat, negara, dan bangsa, termasuk tentu saja Presiden Jokowi akan merugi.

Dengan memilih figur cawapres yang tepat mudah-mudahan pasca Pemilu Presiden tahun depan Joko Widodo masih akan dapat disapa oleh rakyat dengan sebutan: Mister President.[***]


Penulis merupakan wartawan senior

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA