Big Brother Number One

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/zeng-wei-jian-5'>ZENG WEI JIAN</a>
OLEH: ZENG WEI JIAN
  • Sabtu, 10 Juni 2017, 21:22 WIB
<i>Big Brother Number One</i>
Tommy Winata/Net
PERTEMUAN "Meja Bundar" di Hotel Borobudur jadi hot issue. Ahoker merilis fitnah. Foto pertemuan dikatakan sebagai "Rapat 9 Naga". Mat Peci dari utara terpengaruh. Tiba-tiba, saya disebut "Antek TW".

Padahal, saya "orangnya" Letnan Jenderal Prabowo Subianto (08). Publik tau Tommy Winata pro Ahok. Dia sendiri bilang begitu.

Lieus Sungkharisma dan saya sempat dikeroyok seratusan Ahokers di Balaikota. Saat kita mau lihat eksebisi balon dan standing flower. Itu beda keroco dan Tommy Winata. Pantas saja bila dia disebut "Da Ge" atau "Lao Da". Artinya, big brother number #1.

Menurut Joseph Folkman, salah satu ciri "great man" adalah "If I disagree, I usually let others know". Tommy Winata nggak ragu menyatakan dia dukung Ahok. Artinya, dia disagree dengan Lieus dan saya.

Poin lain yang dikatakan Folkman adalah "take more risks than most of my peers". Dengan pro Ahok, artinya Tommy Winata ambil resiko. Dan dia kalah. Beda dengan mentalitas kroco, Tommy Winata santai dan tidak marah-marah. Tetap mengutamakan persatuan nasional. Buktinya, dia terima Lieus Sungkharisma dan saya. Padahal dia baru landing dari Tiongkok. Belum pulang ke rumah. Langsung ke Hotel Borobudur. Ngobrol dengan kita sampe lewat tengah malam.

Saya tahu, pasti banyak informasi negatif seputar Lieus Sungkharisma dan saya masuk ke telinganya. Dihebuskan para pihak. Tapi, seperti karakter Folkman, Tommy Winata "takes the time to look at all the facts before making decisions". Tampaknya, dia terlalu cerdas untuk mudah dihasut.

Orang banyak bilang ini itu soal Tommy Winata. Faktanya, dia baik sekali. Jauh dari kesan sombong.

Malah ada rumor yang bilang Tommy Winata berpesan agar peti jenazahnya dibalut bendera Merah-Putih. Bila dia tutup usia nanti.

Jusuf Hamka, Kepala Suku Musti (Muslim Tionghoa) sudah berteman dengan Tommy Winata sejak usia 17 tahun. Jadi sudah 40-an tahun mereka berteman. Jusuf Hamka adalah tokoh yang mempertemukan Lieus Sungkharisma dengan Tommy Winata.

Dari Arab Saudi, Habib Rizieq kirim kain Kefyeh untuk Jusuf Hamka. Dibawa oleh Ustad Iqbal, Ketua DPW FPI Utara. Kefyeh adalah kain kotak-kotak yang dikenakan Yasser Arafat (PLO) dan Intifadah Freedom Fighters.

Menurut Jusuf Hamka, Tommy Winata adalah seorang nasionalis tulen. Sangat patuh konstitusi. Sifatnya tegas. Tapi nggak kasar. Tommy Winata punya banyak "bapak angkat": para kyai di Jampang Kulon Surade, jenderal dan jawara. Salah satunya Letjen Solihin GP (Mantan Gubernur Jawa Barat).

Saat ngobrol-ngobrol, Tommy Winata ngajak Jusuf Hamka ikut ke Pidie. Gubernur Aceh minta dia resmikan masjid yang dibangun Arta Graha Peduli. Lieus Sungkharisma bilang, itu mesti diberitakan. Tommy Winata menolak. Ngga mau. Alasannya, bila diexpose bisa-bisa dikira cari popularitas.

"Kita tulus-tulus aja bangun mesjid. Buat masyarakat," kata Tommy Winata. [***]

Penulis adalah kolumnis dan aktvis Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA