Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengemukakan, dalam pembicaraan telepon itu PM Abbott menyampaikan penyesalannya karena tidak dapat memenuhi undangan Presiden SBY untuk menghadiri konferensi.
"Presiden SBY menyatakan dapat memahami alasan ketidakhadiran PM Abbott di Bali tersebut, terkait pembahasan anggaran di parlemen,†jelas Faizasyah melalui siaran persnya, Selasa sore (6/5).
Menurut Faizasyah, dikutip dari
setkab.go.id, kedua kepala pemerintahan itu menyambut baik kemajuan dalam pembahasan Code of Conduct di antara kedua Menteri Luar Negeri, dan berharap perjanjian tersebut segera diselesaikan. Sehingga, hubungan bilateral kedua negara dapat segera pulih dan dapat memasuki babak baru.
"Presiden SBY menegaskan harapannya agar Code of Conduct tersebut selambat-selambatnya dapat disepakati pada bulan Agustus 2014," ungkap Faizasyah.
Sementara, Menlu RI, Marty Natalegawa, mengatakan, adalah urusan pemerintah Australia untuk menjelaskan alasan ketidakdatangan Abbot ke Bali.
"Saya tidak mau berspekulasi. Saya bukan pembaca pikiran dan saya tidak pada posisi menjelaskan itu," tegas Marty di sela-sela acara Konferensi Open Government Partnership di Nusa Dua, Bali.
Menlu Marty Natalegawa menegaskan, tidak ada konflik antara dua negarar. Tapi diakuinya ada masalah yang harus dikelola. Pertama, mengenai enam langkah yang telah ditetapkan Presiden SBY tentang pasca penyadapan oleh lembaga intelijen Australia kepada pejabat pemerintah Repubik Indonesia (RI) beberapa waktu.
"Ini sesuatu yang sedang dikelola. Kami dengan Menlu Australia sedang duduk bersama menyusun yang dinamakan code of conduct (kode perilaku)," papar Marty.
Yang kedua, masalah pencari suaka. Dia menyatakan, ada kesan bahwa kebijakan pemerintah Abbott tidak berhasil dalam isu ini.
[ald]
BERITA TERKAIT: