"Demokrasi kita hanya prosedural saja, bukan mengeluarkan aspirasi," ujar aktivis politik, Hariman Siregar, dalam diskusi "Demokrasi Prosedural Versus Demokrasi Substansial" di Sekretariat Perhimpunan Gerakan Keadilan (PGK), Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (18/10).
Tokoh gerakan Malari 1974 ini mengkritik ketiadaan sistem perekrutan yang bermutu dan koreksi internal partai politik. Dia menyebut parpol di Indonesia kebanyakan layaknya fans club. Bahkan, kader parpol yang ditangkap karena perbuatan pidana pun masih dibela oleh parpolnya.
Dia menjelaskan, dalam pilar-pilar demokrasi ada peran dari civil society yang kuat dan mampu mengeluarkan aspirasi secara murni. Di Barat, civil society menyampaikan agenda-agenda walapun tidak harus berdemonstrasi. Hariman juga menjelaskan, demokrasi memerlukan pers yang kuat, hukum yang kuat dan partai yang menjalankan politik dengan benar.
Lebih jauh dia memprediksi, Pemilu 2014 nanti tidak akan banyak membawa kejutan dan hasil yang berarti. Belum lagi dengan semakin canggihnya teknologi informasi, ia menilai jika pemilu sudah tidak diperlukan lagi.
"Pilpres nanti tidak akan banyak kejutan. Bahkan kegiatan politik kita sudah cukup pakai alat IT melalui survei" katanya.
"Survei sudah cukup menunjukan politik kita. Maunya rakyat bisa disurvei, siapa yang mau dipilih bisa disurvey," seloroh Hariman.
[ald]
BERITA TERKAIT: