Tidak ada gejolak apapun di internal partai seputar wacana pencalonan presiden dan wakil presiden. Termasuk, terkait opsi menduetkan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri, dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi).
"Aku malah belum dengar opsi itu, kami sebagai kader sifatnya menunggu saja perintah Bu Mega (soal capres-cawapres)," tegas politisi muda PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu, saat diwawancara
Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Jumat, 23/8).
Tentu saja kader PDIP memperjuangkan agar partainya dapat mencalonkan pasangan capres-cawapresnya sendiri. Namun, hal itu dapat terwujud bila mencapai 20 persen kursi DPR.
"Kader pinginnya mencalonkan sendiri. Masak kita harus koalisi dengan bandit? Banyak pimpinan parpol yang bandit sekarang ini. Kalau PDIP cukup, ya cukup sendiri saja," tegas Ketua Umum Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) ini.
Dengan menjadi pemenang pemilu dan memenangkan capres-cawapres dari internal, PDIP akan leluasa merealisasikan program kedaulatan nasional, kesejahteraan rakyat, sampai pembenahan dan reformasi birokrasi.
"Semua program bisa dilakukan kalau pemerintahnya punya komitmen sama. Kalau soal koalisi, biar partai yang lain ikut saja belakangan. Kami belajar dari pengalaman memerintah sepanjang 2002-2004. Memang membangun bangsa ini tak bisa sendirian, tapi biar saja yang lain mengikut di belakang," paparnya.
Caleg untuk DPR RI dari Dapil Jakarta II ini mengatakan, semua kader tengah fokus bekerja untuk pemenangan pemilu. Semua kader PDIP sudah paham bahwa kewenangan menetapkan capres-cawapres ada di ketua umum.
"PDIP lebih terstruktur dan solid, kader-kadernya tidak liberal. Kader muda berjiwa pemimpin di PDIP itu kan sangat banyak dan itu mempemudah Ibu Mega karena stok kami banyak," jelasnya.
"Hal itu juga yang membedakan PDIP dengan partai yang bikin konvensi itu, mereka kesulitan kader karena kualitasnya mereka perampok," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: