Pemimpin Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, menilai kemenangan dua kader PDI Perjuangan itu termasuk fenomena "unik" dan "beda", karena membalikkan hasil semua lembaga survei di H-14 (14 hari sebelum pilkada).
Namun, jika diurut ke belakang, hasil pemilihan kepala daerah di sisa pemilihan gubernur lain normal atau berjalan sesuai yang diprediksi. Contohnya di Sulawesi Selatan, Babel, Banten, Sumatera Utara atau Nusa Tenggara Barat.
"Dari 33 provinsi, baru dua itu (Ganjar dan Jokowi) yang beda. Dua dari 33, berarti masih di bawah 10 persen yang berbeda. Jika yang beda sudah di atas 30 persen, ilmu lama akan mengalami krisis, dan akan lahir ilmu baru. Sekarang belum sampai ke tahap itu, karena 90 persen kasus pilkada lain masih normal," kata konsultan politik yang mendapat julukan
king maker ini, dalam pesan elektronik ke
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (28/5).
Yang menarik, dalam kasus Ganjar sebagaimana Jokowi, muncul begitu banyak relawan yang bersedia bekerja sukarela bahu membahu memenangkan jagoannya. Bahkan, banyak yang mengeluarkan kocek atau uang sendiri. Itu juga terjadi di internal PDI Perjuangan pada era 1999, dan kemenangan SBY tahun 2004.
"Tapi PDIP 1999 dan SBY 2004 masih terekam oleh hasil survei. Hanya beberapa kasus pemilu atau pilkada saja yang aneh (di bawah 10 persen). Sisanya, mayoritas, masih bisa dijelaskan dengan survei ilmu lama," ucapnya.
Menurut Denny, untuk cakupan nasional yang luas tidak pernah terjadi keanehan yang tidak terekam oleh survei nasional.
"Untuk tingkat nasional,
insya Allah, semuanya lebih terukur dan lebih susah untuk unsur
surprise," pungkas Denny.
[ald]
BERITA TERKAIT: